JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hebat di Depo pengisian bahan bakar minyak (BBM) Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, pada Jumat (3/3/2023) malam, menambah daftar peristiwa kelam yang pernah terjadi di sana.
Sebelumnya, kejadian serupa pernah terjadi pada 21 Januari 2009, mengakibatkan satu orang petugas tewas.
Namun, sebelum kedua peristiwa kebakaran itu terjadi, hal mengerikan lainnya pernah terjadi pada Oktober 2008.
Pada saat itu, Depo Pertamina Plumpang menjadi target peledakan oleh kelompok teroris.
Baca juga: Sering Antar Jemaah Umrah, Mobil Mahmud Selamat dari Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
Untungnya, kelompok teroris itu keburu diringkus pihak kepolisian pada Selasa (21/10/2008).
Dalam penangkapan tersebut, setidaknya ada lima tersangka terorisme yang ditangkap polisi di Jakarta dan Bogor, sedangkan dua orang buron.
"Dari pemeriksaan terhadap para tersangka, obyek vital depo di Plumpang jadi target, tetapi belum jelas jadwalnya. Tersangka Wahyu sendiri sudah tinggal di Plumpang sejak setahun lalu," kata Wakil Kepala Divisi Humas Polri saat itu, Brigadir Jenderal (Pol) Sulistyo Ishak, Rabu (22/10/2008).
Kelima tersangka yang ditangkap adalah Rusli Mardhani alias Wahyu (26), Nurhasani alias Hasan (28), Imam Basori alias Basar (36), Muntasir (34), dan Budiman.
Baca juga: Ditanya Nasib Warga Dekat Depo Pertamina Plumpang, Heru Budi: Ikut Kebijakan Pemerintah Pusat
Sementara itu, dua orang yang buron adalah SBRH dan ABH. Mereka semua diduga murid Azahari, gembong teroris yang tewas pada 9 November 2005.
Sulistyo mengatakan, mencermati barang bukti rangkaian elektronik, tampak kesamaan dengan rangkaian elektronik hasil kerja (alm) Azahari, perakit bom, seperti rangkaian elektronik yang pernah ditemukan di Cicurug, Sukabumi (2003); Leuwiliang, Bogor (2003); Malang (2005); Semarang (2005); Wonosobo (2006); Yogyakarta dan Solo (2007); serta Palembang (2008).
Semua barang bukti yang ditemukan polisi adalah 2.675 gram serbuk coklat dalam jeriken putih yang diduga TNT, aluminium sulfat, satu rangkaian switching, pistol, magasin, 27 butir peluru kaliber 9 milimeter, laras dan peredam, serta printed circuid board yang garapannya rapi.
Sulistyo menambahkan, kelompok di Plumpang tersebut berkolaborasi dengan sejumlah kelompok lainnya, yaitu Jundullah, Kompak, Fakta (Palembang), NII (Negara Islam Indonesia), dan Al-Jamaah Al-Islamiyah Singapura (Fajar Taslim yang ditangkap di Palembang).
Wahyu sendiri adalah anggota Kompak asal Kaya Maya, Poso, Sulawesi Tengah.
Baca juga: Istri-Anak Meninggal dalam Kebakaran, Marsian Tak Ingin Lagi Tinggal Dekat Depo Pertamina Plumpang
Wahyu juga pernah terlibat dalam penembakan anggota Brimob di Loki, Seram Bagian Barat (2005), serta terlibat dalam kekerasan di Ambon sejak tahun 2002-2003.
Dari beberapa peristiwa yang terjadi, ini menunjukkan bahwa Depo Pertamina Plumpang adalah objek vital negara yang semestinya benar-benar mendapatkan perhatian khusus.
Perhatian yang dimaksud bukan cuma untuk urusan gangguan keamanan, tetapi juga kelancaran operasional, termasuk penataan kawasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.