Alhasil D tampak gelisah dan sesekali begitu ekspresif.
"Itu reaksi emosional saja. Jadi dia sempat meluapkan emosinya (seperti dalam video yang diunggah ayah D). Menurut dokter itu adalah ekspresi terakhir yang ada di memorinya. Mungkin itu adalah pas kejadian penganiayaan," ungkap dia.
Sempat diikat demi menjaga tubuh D
Semasa D menunjukkan reaksi emosional, Rustam mengaku pihak keluarga sejatinya cukup khawatir.
Hal itu disebabkan karena D mempertontonkan reaksi yang berlebihan dan disinyalir bisa memperburuk kondisinya.
Oleh karena itu, pihak keluarga mengambil langkah taktis dengan mengikat salah satu bagian tubuh D.
Baca juga: GP Ansor Minta Polisi Buka Sosok Perempuan yang Bisiki Mario Sehingga Menganiaya D
D diikat bukan karena pihak keluarga tidak menyayangi D. Melainkan semata-mata hanya untuk menjaga D tetap berada dalam posisinya.
"Ananda D saat ini sudah bisa membuka mata, menggerakan tangan, dan juga kaki. Tapi karena responnya beberapa kali sangat emosional, pihak keluarga sempat mengikat tangan ananda D," kata Rustam.
"Itu semata-mata dilakukan agar ananda D tidak jatuh atau melakukan sesuatu yang diluar kehendak," imbuh dia.
Target keluarga D
D saat ini telah memasuki hari ke-15 dirawat di ruang ICU. Progres penyembuhan D yang begitu positif memupuk harapan keluarga besar D.
Keluarga D berharap bahwa 'jagoannya' bisa segera keluar dari ruang ICU dan dirawat di ruang rawat inap biasa.
"D sudah 15 hari dirawat di ruang ICU, tepatnya sejak tanggal 20 Februari 2023. Fokus keluarga saat ini adalah mengeluarkan D dari ruangan tersebut dan ananda bisa dirawat di ruang rawat inap biasa," imbuh Rustam.
Kronologi penganiayaan
Diberitakan sebelumnya, Mario, anak eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI Rafael Alun Trisambodo, menganiaya korban D pada 20 Februari 2023 di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.