Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rudi Kuli Panggul di Pasar Induk Tanah Tinggi, Rutin Kirim Uang ke Kampung untuk Adiknya Sekolah

Kompas.com - 15/03/2023, 09:59 WIB
Ellyvon Pranita,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

 

TANGERANG, KOMPAS.com - Matahari sudah mulai terbenam. Rudi (32) duduk termenung menunggu antrean bongkar muat angkutan buah dan sayur di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang.

Rudi adalah salah satu kuli panggul di pasar induk terbesar di Kota Tangerang itu.

Sudah kurang lebih 15 tahun ia bekerja sebagai kuli panggul di sana.

Ia rela merantau dari kampungnya di Rembang, Jawa Tengah demi mengais rezeki sebagai kuli panggul di sana.

"Udah lama di sini (jadi kuli panggul di Pasar Induk Tanah Tinggi), diajak tetangga, tetangganya saja sudah meninggal sekarang," ujar Rudi sembari sesekali mengisap rokoknya, Selasa.

Baca juga: Profil Ajudan Pribadi yang Tersandung Kasus Penipuan: Pernah Jadi Kuli dan Pemulung, Kini Miliarder

Kuli panggul atau bongkar muatan angkutan buah dan sayur di Pasar Induk Tanah Tinggi itu terbagi menjadi dua shift.

Bagi mereka yang mendapatkan giliran shift siang, maka bisa bekerja dari sekitar pukul 05.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Sementara, bagi mereka yang mendapatkan giliran shift malam, maka bisa bekerja dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB.

Setiap kuli panggul tidak boleh mengambil shift kerja di luar dari jatah kerja mereka.

Jika sudah dapat kerja shift malam, maka seterusnya akan selalu shift malam, dan tidak boleh mengambil dua shift.

Baca juga: Penghasilan Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Anjlok saat Musim Hujan, Pernah Terima Rp 20.000 Per Hari

Rudi sendiri mendapatkan jatah kerja sebagai kuli panggul di malam hari.

Saat petang, ia akan berada di Pasar Induk tersebut sampai pulang di pagi harinya.

Kuli panggul di Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang itu biasanya akan antre dalam kelompok-kelompok kecil.

Ada sekitar 20 orang dalam sebuah kelompok. Antrean itu dimaksudkan agar setiap orang yang bekerja hari itu bisa mendapatkan jatah untuk bongkar muat barang, dan mendapatkan upah.

Dalam sehari, Rudi bisa melakukan bongkar muat buah maupun sayur empat kali.

"Kalau lagi ramai bisa 3-4 kali lah, tergantung situasi," ujarnya.

Baca juga: Wagiyem Mundur dari Pabrik dan Jadi Kuli Panggul meski Upah Rp 10.000 demi Urus Keluarga

Upah yang diberikan pun beragam tergantung jenis muatan barang yang dibongkar oleh mereka.

"Ya biasanya bisa sekali bongkar itu Rp 300.000 bagi dua sama teman yang bongkar," kata dia.

Namun, upah yang didapat beragam tergantung dengan jenis angkutannya.

Ada jenis angkutan buah atau sayur dengan truk L300, angkle, dan ada pula truk besar.

"Sehari ya dapatnya tergantung, bongkarnya berapa," kata dia.

Penghasilan yang didapatkan itu akan dipergunakan Rudi untuk kebutuhan pokoknya sehari-hari, membayar uang sewa kontrakan sekitar Rp 700.000 per bulan di daerah Kelurahan Poris, dan sebisanya mengirim uang kepada orangtua beserta adiknya yang masih sekolah menengah pertama di kampung halaman.

"Ya dicukup-cukupin, mereka (menunjuk teman-temannya) yang udah berkeluarga aja cukup, aku yang masih sendiri ya dicukup-cukupin hasilnya (uang upah bongkar muat barang)," jelasnya.

Baca juga: Kisah Nuraini, Jadi Kuli Panggul Semen sejak SMP hingga Kuliah, Upah Dipakai untuk Biaya Sekolah

Meski sudah belasan tahun bekerja sebagai kuli panggul di tanah rantau, tetapi bagi dia, pekerjaan ini lebih baik daripada bekerja di kampung halamannya.

"Yo ketimbang di kampung enggak ada apa-apa kerjanya," kata dia.

Rudi menyebut, ia merantau ke daerah Kota Tangerang ini sejak remaja, bahkan saat belum menyelesaikan pendidikannya di SMA.

Ia pun tidak merasa kesepian meski sendiri jauh dari orangtua dan adik beserta kakaknya di kampung halaman karena dikelilingi oleh orang-orang yang sama-sama dari rantauan.

"Wong di sini banyak juga dari sana (daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sekitarnya), rame kok," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com