JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan maut antara mobil Mercedes-Benz yang dikemudikan MM (18) dengan sepeda motor yang dikendarai pelajar SB (19) dan ditumpangi MS (19) terjadi di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Insiden yang menewaskan MS itu terjadi di Jalan Margasatwa Raya, tepatnya di perempatan lampu merah Kementerian Pertanian, Minggu (12/3/2023) dini hari.
Sementara itu, korban SB terluka dan tak sadarkan diri, sehingga dirawat di RSUD Pasar Minggu hingga saat ini.
Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Bayu Marfiando menduga, ada indikasi pelanggaran lalu lintas sebelum peristiwa nahas itu terjadi.
Berdasarkan penuturan saksi mata dan barang bukti yang diperoleh kepolisian, SB yang mengemudikan roda dua dari arah Cilandak menuju Pasar Rebo disinyalir menerobos lampu merah.
SB juga tidak menyangka bahwa saat itu mobil Mercedes-Benz yang dikemudikan MM melaju kencang dari sisi kiri.
MM yang dilaporkan merupakan anak pejabat tinggi Polri itu lantas menghantam SB dan MS karena tidak mampu mengerem mendadak.
"Kalau mau bicara siapa yang menyebabkan kecelakaan, tentu yang menerobos lampu merah (pengendara motor). Seandainya kami harus mencari siapa yang salah, yang salah itu pihak pengemudi motor (korban)," ujar Bayu saat dikonfirmasi, Minggu (2/4/2023).
Bayu membenarkan bahwa MM merupakan anak dari salah satu anggota Polri. Hanya saja, Bayu tidak bisa memastikan apakah MM merupakan anak petinggi Polri atau bukan.
"Saya enggak tahu batasan anak petinggi Polri. Yang jelas (pengemudi Mercedes-Benz) betul anak polisi," tegas Bayu.
Berbeda dengan keterangan Bayu, keluarga korban MS mengungkapkan, insiden kecelakaan disebabkan karena MM mengemudikan mobil secara ugal-ugalan.
MM juga diduga dalam keadaan mabuk sehingga tak mampu mengendalikan mobil yang dikemudikan.
"Berdasarkan penuturan saksi mata yang kami temui, yaitu abang ojek online (ojol), dia bilang raut wajah pengendara mobil seperti orang mabuk. Terlihat dari mata pengendara soalnya," ungkap kakak MS, N, Minggu.
Baca juga: Polisi Dianggap Tutupi CCTV Pelajar Tewas Ditabrak Mercedes-Benz Anak Petinggi Polri
Alhasil, ketika melintasi perempatan lampu merah Jalan Margasatwa Raya, MM disebut tidak mampu mengendalikan mobilnya dan menabrak MS serta SB.
"Saksi menambahkan, pengemudi Mercedes-Benz memacu kendaraannya secara ugal-ugalan dari arah Mampang ke Ragunan dan fakta ini belum didapati oleh polisi. Sebab, saksi yang kami miliki belum diperiksa," beber N.
N mengungkapkan, pengemudi Mercedes-Benz itu memiliki niatan untuk kabur usai menghantam SB dan MS.
Hal itu terlihat ketika MM tidak langsung turun dari mobil yang dikendarai menabrak korban.
MM baru turun ketika dikejar dan dipaksa pengendara lain untuk bertanggung jawab.
"Kalau misalkan enggak ditahan sama ojol dan warga, dia pasti kabur. Kami enggak tahu dia siapa. Kalau dia ada niat baik, dia pasti berhenti, menolong, dan membawa korban langsung ke rumah sakit," ujar N.
Baca juga: Kuasa Hukum Korban Ungkap Kejanggalan Kasus Kecelakaan Mercedes-Benz Anak Petinggi Polri
N menilai, aparat kepolisian terkesan menutup-nutupi fakta kecelakaan. Sebab, rekaman kamera CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) tidak semuanya dibuka oleh aparat.
Keluarga MS bahkan hanya mendapat satu rekaman kamera CCTV, tetapi rekamannya tidak menunjukkan peristiwa yang utuh lantaran jauh dari TKP.
"Kami enggak dikasih unjuk CCTV dari semua arah. Kami hanya diperlihatkan satu CCTV, itu pun enggak terlihat terjadinya benturan secara jelas. Di sana hanya terlihat bahwa telah terjadi peristiwa kecelakaan," ucap N.
Keheranan N semakin menjadi-jadi usai mencari tahu soal kondisi TKP kecelakaan.
N mengatakan, perempatan yang ramai dilalui kendaraan itu memiliki kamera CCTV di berbagai sudut.
Karena itu, N berasumsi bahwa aparat seharusnya memiliki banyak rekaman dari sudut pandang yang berbeda-beda.
"Aku lihat itu kan jalan raya besar dan setiap titik itu ada CCTV, tapi kami enggak dikasih CCTV dari arah situ (TKP terdekat), sama sekali enggak dikasih," ungkap N.
"Aku juga sempat tanya kan, kan banyak CCTV dari kanan atau kiri jalan, kenapa tidak dikasih lihat. Tapi katanya mereka belum dapat, itu kalau aku enggak salah dengar," lanjut dia.
Tidak hanya rekaman kamera CCTV yang ditutup-tutupi, N merasa pihak kepolisian, khususnya Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Metro Jakarta Selatan, tidak profesional.
N mengungkapkan bahwa ada oknum dari Satlantas Polres Metro Jakarta Selatan yang membuat laporan palsu soal insiden kecelakaan.
Baca juga: Anak Petinggi Polri yang Kemudikan Mercedes-Benz Maut Diduga di Bawah Pengaruh Alkohol
N mengetahui perihal tersebut karena ada beberapa media yang telanjur mengangkat kasus kecelakaan adiknya, tetapi berdasarkan fakta yang kurang tepat.
"Ada laporan palsu yang menyatakan bahwa adik saya yang mengendarai sepeda motor dan hanya mengalami luka-luka serta dirawat di RSUD Pasar Minggu, padahal faktanya tidak seperti itu," ucap N.
Oleh karena itu, keluarga MS akan menyambangi Propam Mabes Polri guna melaporkan oknum tersebut atas keterangan yang tidak sesuai fakta di lapangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.