"Hal lain, ini menunjukkan sinyal kemunduran bahwa (warga) Jakarta kembali mengutamakan kendaraan pribadi," ucap dia lagi.
Atas rekayasa lalu lintas itu, Elisa berencana untuk melayangkan gugatan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk memperjuangkan hak-hak pejalan kaki dan pesepeda.
"Saya pribadi 99 persen pengin menggugat. Intinya, kalau ada tim pengacara (misalnya LBH Jakarta) dan kelompok-kelompok warga yang mau jadi penggugat, (gugatan) itu bakal kejadian," tegas Elisa.
Kekecewaan juga muncul dari Ketua Umum Bike to Work (B2W) Indonesia Fahmi Saimima. Menurut dia, pengembangan lajur sepeda di Jakarta sebetulnya yang paling progresif di dunia saat ini.
Seharusnya, kata Fahmi, jalur sepeda di sana dipertahankan dan diperluas secara masif di seluruh wilayah kota.
Baca juga: Heru Budi Klaim Kendaraan di Simpang Santa Bergerak Lebih Cepat Setelah Ada Rekayasa Lalin
Fahmi menuturkan, lajur sepeda selain sebagai penanda kemajuan peradaban kota, juga sangat efektif mengendalikan kemacetan dan emisi kendaraan.
Adapun Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfres Sitorus mengatakan, apa yang sudah dikembangkan oleh Pemprov Jakarta, hendaknya dipertahankan dan jangan set back agar masyarakat terfasilitasi dengan baik untuk memanfaatkan non-motorized mobility terutama berjalan kaki.
"Penghancuran trotoar menjadi jalan raya, jelas langkah set back," tutur Alfres.
Road Safety Association Rio Octaviano berpendapat, saat dunia sedang melakukan transisi moda transportasi, Jakarta justru memukul mundur peradaban transportasi.
"Bertepatan juga dengan dunia memiliki rencana UN Global Road Safety Week 2023 dengan tema #ReThinkMobilit, kami justru dibuat kecewa dengan kemunduran ini," ungkap Rio.
(Penulis : Suhaiela Bahfein, Joy Andre | Editor : Icha Rastika, Bagus Santosa, Hilda B Alexander)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.