Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2023, 17:59 WIB
Zintan Prihatini,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Abdul Khaliq Soleh memperkirakan, 1 Syawal 1444 Hijriah atau Lebaran jatuh pada Sabtu (22/4/2023).

Pasalnya, berdasarkan data yang diterimanya, ketinggian hilal hari ini, Kamis (20/4/2023), masih 1,5 derajat.

Ketinggian tersebut belum memenuhi ketentuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (Mabims) di mana ketinggiannya harus 3 derajat untuk menentukan awal Syawal.

"Perlu dicatat juga kondisi sore ini, data hilal yang kami punya ada di kisaran 1,5 derajat," ujar Abdul saat ditemui di Masjid KH Hasyim Asy'ari, Jakarta Barat.

"Sedangkan ketentuan Mabims imkanur rukyat atau sesuatu yang bisa dirukyat itu ada di ketinggian 3 derajat," imbuh dia.

Baca juga: Pantau Hilal di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Petugas Gunakan 3 Alat

Adapun pemantauan hilal dilakukan mulai pukul 17.51 WIB sampai 17.59 WIB. Apabila pada waktu tersebut hilal belum terlihat, maka puasa akan digenapkan menjadi 30 hari.

"Tapi kalau sore ini hilal tidak terlihat, kata Rasul, 'Fa-akmil iddata sya'baana tsalatsina'. Sempurnakan jumlah bilangan hari puasamu menjadi 30 hari," kata Abdul.

Sebaliknya, jika hilal terlihat, maka Idul Fitri akan jatuh pada Jumat (21/4/2023). Abdul menegaskan, pihaknya akan berupaya memantau hilal hingga batas akhir pencarian nanti.

Pihaknya pun bakal melaporkan hasil pemantauan hilal langsung kepada Kementerian Agama (Kemenag).

"Dari data hisab yang kami miliki, kemungkinan besar tidak terlihat. Namun, sebagai hamba Allah kami tetap berikhtiar, ta'abuddi semata-mata melaksanakan perintah Rasul," ujar Abdul.

Baca juga: Sidang Isbat 2023: Tahapan, Daftar Lokasi Hilal, dan Link Live Streaming-nya

Petugas Lembaga Falakiyah PWNU DKI Jakarta menggunakan tiga jenis alat untuk memantau hilal di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari.

Tiga alat itu terdiri dari dua teleskop robotik, teleskop semi manual teodolite, dan alat manual bernama rubbu. Abdul mengatakan, alat-alat ini dipakai agar pemantauan hilal bisa dilakukan dengan maksimal.

"Berbagai alternatif kami lakukan dari teleskop, dari teodolite, dari manual, semuanya perangkat itu memungkinkan untuk terlihatnya hilal," ungkap Abdul.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Senangnya Emak-emak Ikut “Sekolah Lansia” di Cempaka Putih: Berasa ABG Lagi!

Senangnya Emak-emak Ikut “Sekolah Lansia” di Cempaka Putih: Berasa ABG Lagi!

Megapolitan
Protes Wacana Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, F-Demokrat DKI: Apa Artinya Otonomi?

Protes Wacana Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, F-Demokrat DKI: Apa Artinya Otonomi?

Megapolitan
10 Pintu Air untuk Kendalikan Banjir di Jakarta Timur Rampung Dibangun

10 Pintu Air untuk Kendalikan Banjir di Jakarta Timur Rampung Dibangun

Megapolitan
Minta Sumbangan ke Warga, WN Pakistan Ditangkap di Cengkareng

Minta Sumbangan ke Warga, WN Pakistan Ditangkap di Cengkareng

Megapolitan
RUU DKJ Atur Gubernur Jakarta Dipilih Presiden, F-Demokrat: Jangan Cabut Suara Rakyat!

RUU DKJ Atur Gubernur Jakarta Dipilih Presiden, F-Demokrat: Jangan Cabut Suara Rakyat!

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Truk Bermuatan Babi Terguling di Tol Jagorawi

Sopir Diduga Mengantuk, Truk Bermuatan Babi Terguling di Tol Jagorawi

Megapolitan
RS Polri Pastikan Tak Ada Luka Tusuk pada Tubuh 4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah di Jagakarsa

RS Polri Pastikan Tak Ada Luka Tusuk pada Tubuh 4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah di Jagakarsa

Megapolitan
Dinkes DKI Buka Sentra Vaksinasi Covid-19, Ini Lokasi dan Jadwalnya

Dinkes DKI Buka Sentra Vaksinasi Covid-19, Ini Lokasi dan Jadwalnya

Megapolitan
Curiga 4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah Alami Luka Lebam, Polisi Lakukan Pemeriksaan Histopatologi

Curiga 4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah Alami Luka Lebam, Polisi Lakukan Pemeriksaan Histopatologi

Megapolitan
Ibu 4 Anak yang Tewas di Jagakarsa Merintih Saat Dianiaya Suami, Bilang “Jangan Pak, Ampun”

Ibu 4 Anak yang Tewas di Jagakarsa Merintih Saat Dianiaya Suami, Bilang “Jangan Pak, Ampun”

Megapolitan
Seandainya Polisi Segera Tangani KDRT Suami-Istri di Jagakarsa, Mungkinkah 4 Anaknya Bisa Terselamatkan?

Seandainya Polisi Segera Tangani KDRT Suami-Istri di Jagakarsa, Mungkinkah 4 Anaknya Bisa Terselamatkan?

Megapolitan
4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah di Jagakarsa Meninggal dalam Waktu Hampir Sama

4 Anak yang Diduga Dibunuh Ayah di Jagakarsa Meninggal dalam Waktu Hampir Sama

Megapolitan
Harga Cabai di Pasar Tomang Barat Makin 'Pedas', padahal Kualitasnya Menurun

Harga Cabai di Pasar Tomang Barat Makin "Pedas", padahal Kualitasnya Menurun

Megapolitan
RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, F-Demokrat: Kemunduran Demokrasi

RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, F-Demokrat: Kemunduran Demokrasi

Megapolitan
Kenapa Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Tak Langsung Ditangkap Usai Dilaporkan KDRT?

Kenapa Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Tak Langsung Ditangkap Usai Dilaporkan KDRT?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com