Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Satpam Kompleks Tetap Bertugas Saat Lebaran, Tidak Mudik hingga Merasa Kesepian

Kompas.com - 21/04/2023, 06:33 WIB
Nabilla Ramadhian,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang satpam di perumahan Taman Duren Sawit, Jakarta Timur, Santoso (46), harus tetap bekerja saat Lebaran.

Hal ini dia lakukan bukan tanpa alasan. Santoso memang lebih sering pulang kampung saat Tahun Baru Islam.

"Malah lebih sering mudik saat Tahun Baru Islam. Udah biasa lebih merayakan Lebaran Haji soalnya, makanya pulang kampungnya pada saat itu," Santoso berujar di lokasi, Kamis (20/4/2023).

"Setiap tahun sebenarnya ya selalu pulang kampung, cuma bukan pas Lebaran," imbuh dia.

Selain terbiasa pulang kampung saat Tahun Baru Islam, ada hal lain yang membuat Santoso tidak mudik saat Lebaran.

Salah satunya adalah pekerjaan satpam yang menurut dia tidak jauh berbeda dari aparat kepolisian dan TNI, harus siaga menjaga wilayahnya.

Baca juga: Polda Metro Imbau Masyarakat Tidak Mudik Pakai Motor: Itu Bukan untuk Perjalanan Jauh

"Kami tidak ada libur di hari raya apa pun. Cuma, kalau Idul Fitri dan hari raya serupa, bisa ambil cuti secara bergantian," kata Santoso.

Jadi, para satpam di perumahan itu akan berunding siapa saja yang ingin mengambil cuti saat atau setelah Lebaran.

Untuk Santoso sendiri, tahun ini ia tidak mengambil cuti.

"Saya milih kerja saat Lebaran karena kampung halaman saya jauh. Sering kehabisan tiket kereta juga dari dua bulan sebelum Lebaran," ucap dia.

Pendapatan tambahan

Mencari pendapatan tambahan untuk istri dan anak-anaknya menjadi salah satu alasan Santoso memilih tetap bekerja sepanjang periode Lebaran.

"Saya sebagai kepala keluarga harus mencari nafkah," ucap dia.

Gaji yang diperoleh Santoso adalah sekitar Rp 3 jutaan per bulan. Nominal itu didapat dari iuran warga setempat.

Baca juga: Jualan Ketupat Tiap Lebaran, Warga: Untungnya Lumayan, Bisa Nambah Uang Dapur

Jika para satpam menginginkan kenaikan gaji, pengurus RT dan RW setempat harus meningkatkan jumlah iuran warga.

"Gaji memang tidak besar, tapi alhamdulillah cukup untuk menafkahi keluarga yang di sini dan di kampung halaman," jelas Santoso.

Para satpam termasuk dirinya pun terkadang mendapat uang dari warga yang memberikan secara personal.

"Kalau Lebaran, sebagian besar warga juga suka ngasih THR ke satpam," kata Santoso.

Merasa kesepian

Ada duka yang dirasakan Santoso karena harus bekerja saat Lebaran.

Ia menjadi kesepian karena perumahan yang dijaga sepi dan sunyi. Tidak ada kendaraan warga yang berlalu-lalang.

"Biasanya kan hampir setiap detik ada aja yang lewat," terang dia.

Santoso melanjutkan, saat malam tiba, suasana perumahan itu membuatnya merasa seperti menjaga kuburan.

Ia merasa kesepian ketika bekerja saat Lebaran karena sudah mengenal baik para warga setempat.

Walhasil, pertemanan antara Santoso dengan mereka pun terjalin dengan baik. Mereka pun saling bertegur sapa saat berpapasan.

"Yang biasanya saya lewat terus ada orangnya, suka saling sapa. Atau, mereka (bunyikan) klakson motor atau mobil. Sekarang cuma ada rumah kosong. Berasa kayak enggak ada teman," ucap dia.

"Kayak begini memang saya sudah terbiasa karena pekerjaan. Tapi tetap aja kerasa sepinya. Beda sama sepi pas warga lagi pada tidur," sambung Santoso.

Duka lainnya yang ia rasakan adalah melihat orang-orang pulang kampung.

Santoso memang lebih sering mudik saat Tahun Baru Islam. Ia pun memilih masuk saat Lebaran untuk mencari pendapatan tambahan.

Namun, bukan berarti Santoso tidak merindukan keluarganya di Madiun dan ingin mengunjungi mereka saat Lebaran.

"Pas orang-orang pada pulang kampung saat Lebaran, para satpam termasuk saya masih di sini. Di situ sedihnya. Orang-orang pada Lebaran, kami malah kerja," kata dia.

Perantau dari Madiun

Santoso merantau dari Madiun ke Duren Sawit pada 1993. Dia mencari peruntungan usai sekolah.

Pada saat itu, Santoso tinggal bersama orangtua asuhnya yang merupakan pengurus RT.

Pada 1995, Santoso diajak menjadi bagian staf RT, sebelum diangkat menjadi satpam pada 1999.

Di Madiun, saat ini masih ada orangtua dan sanak saudara Santoso.

Sementara istri dan anak-anaknya tinggal bersamanya di Jakarta Timur.

Santoso mengungkapkan, keluarganya di Madiun sudah terbiasa dengan dirinya yang hanya mudik pada Tahun Baru Islam.

Namun, bukan berarti mereka tidak pernah menanyakan kehadirannya saat Lebaran.

"Keluarga ada yang nanyain kenapa saya enggak pulang pas juga. Itu sering. Cuma mengatur waktu pulang dan beli tiket keretanya yang enggak memungkinkan," jelas Santoso.

"Walau pas Muharam tetap pulang kampung, kehadiran saya sekeluarga masih tetap dinantikan keluarga di Madiun pas Lebaran," imbuh dia.

Meski begitu, ia tetap berkomunikasi dengan orangtua dan sanak saudaranya pada momen Lebaran melalui telepon dan video call.

Santoso menceritakan, biasanya ia dan keluarga besar di Madiun kerap berbincang soal kesehatan masing-masing.

Mereka pun saling menanyakan kabar dan aktivitas sehari-hari.

"Ngobrol juga sama adik-adik, dan pada nanyain anak-anak saya," tutur Santoso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com