Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bakar yang Menjadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa Sejak 1965

Kompas.com - 27/04/2023, 18:59 WIB
Rizky Syahrial,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bakar (77), merupakan salah satu tukang ojek sampan di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa yang bisa dibilang paling berpengalaman daripada yang lainnya.

Pasalnya, ia sudah menggeluti bidang tersebut sejak tahun 1965. 

Bakar bercerita, awalnya ia merantau pada tahun 1965 untuk menjadi Anak Buah Kapal (ABK) yang mengantar kacang hijau masuk ke Jakarta.

Setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, ia melihat beberapa orang yang berprofesi sebagai tukang ojek sampan atau istilahnya 'nyampan' pada saat itu.

Tak pikir panjang, Bakar langsung beralih profesi menjadi tukang ojek sampan di tahun yang sama.

"Saya merantau ke sini tahun 1965. Belum masih berlayar dengan perahu 35 ton, bawa kacang hijau masuk ke Jakarta," ucap dia saat ditemui di Pelabuhan Sunda Kelapa, Rabu (26/4/2023).

"Akhirnya lihat ada teman-teman pada nyampan, jadi saya sewa dulu pertama kali," terang dia. Bakar membayar sewa dalam mata uang Ringgit pada kala itu.

Baca juga: Kisah Bakar, Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa yang Terus Giat Bekerja pada Usia Senja

"Masih Ringgit itu jaman dulu, 1 Ringgit 25 perak. Tahun 1965 itu," kata dia.

Pada tahun 1971, Bakar pun mulai membuat perahu sendiri untuk nyampan.

"Saya pertama (buat perahu) dulu tahun 1971. Pertama itu. Setelah enam tahun menyewa," jelas Bakar.

Bakar pun mengatakan, perahu yang ia buat hanya tahan selama dua tahun karena saat itu sering membawa muatan beras. Kapal yang kedua juga tak bertahan lama.

"Hanya dua tahun tahannya, bawa muatan beras waktu itu kejepit kapal terus hancur. Bikin lagi akhirnya. Setelah itu patah lagi," jelas dia.

Hingga saat ini, Bakar sudah berganti kapal sebanyak lima kali. Perahu kelimanya bertahan selama tujuh tahun hingga sekarang.

"Iya, yang ini kuat tahan tujuh tahun," papar dia.

Tarif yang diterapkan Bakar pada tahun 1971 adalah Rp 50 perak.

Lama kelamaan, harga sewa yang ia terapkan pun naik. Di tahun 1985, jasa kapalnya disewa seharga Rp 200 perak.

"Rp 50 perak tahun 1971. Akhirnya lama lama naik, tahun 1985 itu kalau tidak salah Rp 200 perak," tukas dia.

Baca juga: Dua Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa Ini Berhasil Sekolahkan Anak Hingga Tamat

Saat ini, harga yang ia tawarkan adalah Rp 100.000. Namun, harga itu masih ditawar lagi oleh pengunjung yang ingin mencoba naik ke perahunya.

"Baru beberapa tahun ini harganya Rp 100.000 sudah putar-putar (kawasan ini)," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan Sejak 2021

Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan Sejak 2021

Megapolitan
Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Megapolitan
4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

Megapolitan
Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Megapolitan
KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

Megapolitan
Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Megapolitan
Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Jelang Idul Adha, Pemprov DKI Mulai Periksa Kesehatan Ribuan Hewan Kurban

Megapolitan
Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di 'Pabrik Narkoba' Bogor

Selain Temukan Pil PCC, Polisi Juga Sita Sejutaan Butir Hexymer di "Pabrik Narkoba" Bogor

Megapolitan
Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Polisi Periksa 14 Saksi Terkait Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor

Megapolitan
Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Sespri Iriana Ikut Pilkada Bogor, Klaim Kantongi Restu Jokowi

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli Teman di Kalideres, Disdik DKI: Sedang Kami Dalami

Siswi SLB Diduga Dicabuli Teman di Kalideres, Disdik DKI: Sedang Kami Dalami

Megapolitan
Sekap Wanita “Open BO” di Apartemen Kemayoran, Pelaku Bawa Teman dari Kalbar

Sekap Wanita “Open BO” di Apartemen Kemayoran, Pelaku Bawa Teman dari Kalbar

Megapolitan
Polisi Periksa Sejumlah Ahli untuk Mengungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor

Polisi Periksa Sejumlah Ahli untuk Mengungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor

Megapolitan
BNN Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Ada 10.472 Gram Ganja dan Puluhan Ekstasi

BNN Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Ada 10.472 Gram Ganja dan Puluhan Ekstasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com