Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Petugas UPK Badan Air Tak Bisa Cairkan BPJS Ketenagakerjaan, Istri: Katanya Iuran Tidak Disetorkan Kantor

Kompas.com - 04/05/2023, 12:06 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan milik suami Yulyanti (43) yang berinisial S (48) disebut tidak disetor setiap bulannya oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Padahal, S sudah bekerja sebagai petugas Unit Pelaksana Kerja (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta selama 7 tahun, mulai dari 2014 hingga 2021.

Hal ini diketahui Yulyanti dan suami saat mencoba mencairkan BPJS Ketenagakerjaan untuk keperluan berobat. Sebab, S mengalami kecelakaan pada September 2021 dan harus memasang pen pada kakinya.

"Iya (enggak bisa cair). Kan BPJS ketenagakerjaan dapat kartu. Cuma pas kita print, enggak ada, 0. Kata pihak sananya, katanya enggak disetorin dari kantor," kata Yulyanti kepada Kompas.com pada Rabu (3/5/2023).

Baca juga: Suami Kecelakaan lalu Dipecat, PKL di Ancol Kaget Tidak Bisa Cairkan BPJS Ketenagakerjaan

"Pikiran saya, 'aduh lumayan nih sudah 7 tahun. Lumayan untuk uang berobat', kan kita enggak dapat apa-apa dari kantor," tutur Yulyanti lagi.

Yulyanti yang merupakan pedagang kaki lima (PKL) di dekat Gerbang Tol Ancol Timur ini menjelaskan, S tidak memiliki slip gaji. Suaminya hanya menerima upah setiap bulannya melalui ATM Bank DKI.

"Enggak ada (slip gaji), soalnya langsung ditransfer. Jadi, langsung tarik dari ATM. Jadi, enggak tahu ada potongan (untuk BPJS Kesehatan atau BPJS Ketenagakerjaan) apa enggak. Jadi, kita enggak tahu perinciannya," ujar Yulyanti.

Meski begitu, ibu satu anak itu memastikan bahwa S memiliki kartu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang diterima dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta selama bekerja sebagai petugas UPK Badan Air.

Baca juga: Cerita Yulyanti Jadi PKL di Pinggir GT Ancol, Awalnya Terpaksa karena Suami Kecelakaan dan Kena PHK

Mengenai BPJS Ketenagakerjaan, Yulyanti mencoba mencairkan BPJS Ketenagakerjaan setelah S disebut diberhentikan secara sepihak oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada Desember 2021.

"Jadi, BPJS ketenagakerjaan itu, katanya kalau koit (meninggal) langsung, baru dibayar. Jawaban mereka begitu. Ibaratnya kalau tabrakan langsung koit, baru katanya keluar Rp 150 juta," ucap Yulyanti.

Warga RT 004/RW 11, Pademangan Barat, Jakarta Utara itu sempat mengeluhkan langsung hal ini kepada pihak terkait soal BPJS Ketenagakerjaan yang tidak cair. Tetapi, ia mengaku mendapatkan jawaban yang tidak enak.

"Kata saya gini, 'kalau enggak meninggal, kan begini, butuh biaya juga'. Terus ada yang celetuk satu, kesal banget saya, entar suatu saat kamu merasakan, 'itu urusan lu', apa enggak kesal? Cuma mau dijawabin juga percuma," kata Yulyanti.

Baca juga: Pesan M Taufik Sebelum Tutup Usia, Minta Anak-anaknya Akur

Di sisi lain, Yulyanti membenarkan saat ditanya apakah salah satu penyebab S kontrak kerjanya tidak dilanjutkan karena usai mengalami kecelakaan beberapa waktu sebelumnya.

"Iya, alasan dia orang kan begitu. Terus jawabannya ya begitu. 'Saya kalau mempekerjakan orang sakit, saya tega dong?', 'terus bagaimana? Kan saya juga butuh uang untuk biaya hidup. Apalagi kan saya dua-duanya enggak kerja', 'ya sudah, nanti kalau sudah sehat'," imbuh Yulyanti.

"Dijanjikan begitu. Tapi pas giliran kita melamar lagi, alasannya sudah cacat. Sudah enggak bisa lagi. Apa enggak sadis?" ujar Yulyanti melanjutkan.

Bukan hanya itu, Yulyanti mengungkapkan, setelah 7 tahun bekerja menjadi petugas UPK Badan Air, S tidak mendapatkan pesangon.

Dia tidak bisa berbuat banyak. Alhasil, Yulyanti yang semula hanya berjualan warung sembako di rumah terpaksa memutuskan menjadi PKL yang mangkal di pinggir Jalan RE Martadinata, dekat Gerbang Tol Ancol Timur, Pademangan, Jakarta Utara.

Ia terpaksa melakukan hal ini untuk menyambung hidup dan kompor di dapur tetap mengepul.

"Tadinya kan jualan di rumah, suami kan tabrakan, kecelakaan. Nah, pasang pen di sini (kaki). Ya namanya rumah sakit, kan habis-habisan. Terus, di rumah juga terbengkalai, ditinggal berobat, akhirnya bangkrut," ungkap Yulyanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com