JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perempuan bernama Lusiana menjadi otak percobaan pembunuhan berencana suaminya, Gerry Tanuwidjaya (38), setelah ia ketahuan selingkuh dengan Devan Andriawan.
Kasus dugaan percobaan pembunuhan berencana ini terjadi di salah satu tol arah kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara pada Maret 2015.
Sementara itu, Polsek Penjaringan beberapa waktu lalu mengumumkan penangkapan terhadap Lusiana setelah menjadi buron selama 7 tahun terakhir. Untuk Devan, saat ini masih DPO.
Kuasa hukum Gerry, Beni Daga membeberkan bagaimana kasus dugaan percobaan pembunuhan berencana ini bisa terjadi dan dalangnya merupakan istri dari kliennya yang kini sudah menjadi mantan istri.
Baca juga: 7 Tahun Buron, Istri Otak Percobaan Pembunuhan Berencana Suami Akhirnya Ditangkap
Gerry tidak terlalu memperhatikan keseharian Lusiana karena ia selalu disibukkan dengan profesinya sebagai seorang pengusaha.
"Ternyata, istrinya ini berselingkuh dengan salah seorang pecatan TNI yang bernama Devan Andriawan. Ternyata, perselingkuhan ini sudah berlangsung lama. Pada saat perselingkuhan, masih tercatat (sebagai anggota TNI)," kata Beni saat dihubungi Kompas.com pada Senin (8/5/2023) malam.
Perselingkuhan ini diketahui Gerry setelah Devan menjadi salah satu orang yang diselidiki Danton TNI. Dalam proses tersebut, gawai Devan disita dan diperiksa.
"Ternyata di dalam handphone-nya ditemukan banyak sekali foto di mana antara Devan dan istri dari klien saya ini. Foto, kemudian video hubungan badan, lalu chating," ujar Beni.
Baca juga: Bekap Istri dengan Bantal Hingga Tewas, Suaminya Bikin Skenario Seolah Tersedak Bakso
"Klien saya ini, selain dia sebagai penguasa, dia pasti punya teman banyak. Nah, dia dapat info, entah dari siapa dan dari mana, dapat info, ternyata istrinya punya hubungan dengan Devan," ungkap Beni melanjutkan.
Setelah ketahuan, Lusiana mulai mengatur strategi untuk membunuh Gerry. Motifnya hanya satu, yakni menguasai aset suaminya berupa rumah dan beberapa usaha lainnya.
Lusiana berinisiatif membangun komunikasi dengan Devan dan mereka pada saat itu mencari pembunuh bayaran untuk mengeksekusi Gerry.
Dalam pertemuan dengan calon eksekutor atau pembunuh bayaran, Lusiana dan Devan bernegosiasi tentang nominal yang harus mereka bayar untuk satu nyawa.
"Pembunuh bayaran minta supaya dibayar Rp 500 juta pada saat itu. Karena mereka tidak mampu, tidak sanggup Rp 500 juta, pembunuh bayaran meminta supaya dibayar dimuka setengahnya, Rp 250 juta," imbuh Beni.
Baca juga: Hal Memberatkan Vonis Penjara Seumur Hidup Teddy Minahasa: Tak Akui Perbuatan dan Cederai Polri
Tetapi, keduanya juga tidak sanggup, alhasil Lusiana dan Devan mencari pembunuh bayaran lainnya. Akhirnya, mereka mendapat dua pembunuh bayaran yang bernama Berry dan Armindo.
Meski dalam keadaan bersitegang karena ketahuan selingkuh, pada suatu malam Lusiana berinisiatif mengajak Gerry pergi makan di kawasan Ancol, Jakarta Utara.