"Kami bertekad menyelamatkan Bahari, mengembalikan Bahari jadi sebuah kampung yang baik dan konstruktif," ujar Gidion, dilansir dari Antara, Selasa (9/5/2023).
Atas kecurigaan itu, Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Slamet Riyanto mengatakan akan mengungkap keberadaan jaringan pemasok yang lebih besar.
Baca juga: Masih Ada Peredaran Narkoba di Kampung Bahari, Polisi Buru Bandarnya
Ia curiga ada jaringan lebih besar dari tersangka kasus narkoba asal Kampung Bahari, yaitu Alex Bonpis.
Keberadaan jaringan itu diduga menggerakkan operasi pengintaian terhadap warga yang berpeluang dipengaruhi di Kampung Bahari.
"Di atas dia (Alex Bonpis) masih ada. Akan kami kembangkan terus dengan tetap kami lakukan patroli rutin di sana dari TP3 dan Polsek Tanjung Priok," ujar Slamet.
Menurut catatan Kompas.com, sedikitnya sudah enam kali polisi melakukan penggerebekan kasus penyalahgunaan narkoba di Kampung Bahari sepanjang 2022.
Slamet mengungkapkan desakan ekonomi jadi salah satu alasan penumpasan peredaran narkoba di Kampung Bahari tak kunjung usai.
"Kalau dari keterangan yang kami tangkap, faktor ekonomi lebih cepat mendapatkan keuntungan," kata Slamet.
Tak sedikit warga Kampung Bahari hanya mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan. Namun, upahnya hanya Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per hari.
Berdasarkan pengakuan seorang bandar narkoba berinisial RR, ia bisa memperoleh keuntungan lebih dari Rp200 ribu per hari. Satu gram sabu-sabu itu bernilai antara Rp1,3-1,5 juta.
(Penulis : Baharudin Al Farisi | Editor : Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.