JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan Ketua RT 011/RW 03 di Pluit, Riang Prasetya, disebut diintimidasi oleh sejumlah orang.
Tidak sedikit warganet menyimpulkan, dalam video tersebut Riang diintimidasi oleh pemilik ruko di RT 011/RW 03, Jalan Niaga, Blok Z4 Utara dan Z8 Selatan, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Asumsi tersebut menyusul penggerudukan kantor Riang oleh karyawan dan penyewa ruko saat sebagian area ini dibongkar Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara karena mencaplok bahu jalan dan menutup saluran air.
Baca juga: Kronologi Versi Warga Pluit Putri yang Disebut Intimidasi RT Riang, Mengaku Protes Alih Fungsi RTH
Dalam polemik ini, Riang merupakan orang yang mengadukan deretan ruko-ruko yang melanggar izin mendirikan bangunan (IMB) ini kepada Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Pemkot Jakart Utara, dan Pemprov DKI Jakarta.
Namun, Riang kemudian menjelaskan bahwa video tersebut merupakan peristiwa yang sudah lama terjadi.
Video itu tidak ada sangkutannya dengan pembongkaran sebagian area ruko di Pluit.
Dia bahkan mengatakan peristiwa itu merupakan kasus penyerobotan lahan negara.
"Dalam perkara ini, jelas-jelas warga Pluit Putri yang sewenang-wenang mau menguasai lahan milik negara. Lalu, siapa yang salah? Perkara ini sudah selesai," ujar Riang saat dihubungi Kompas.com pads Sabtu (27/5/2023).
Baca juga: Disebut Riang Prasetya Serobot Lahan Milik Negara, Warga Pluit Putri Protes
Ketua RT 005/RW 06 Perumahan Pluit Putri, Johanna Aliandoe, menjelaskan awal mula terjadinya keributan antara warga dengan Riang.
Keributan warga dengan Riang berawal ketika Ketua RT 005, Ketua RT 003, dan Ketua RT 006 di RW 06 Pluit Putri menerima surat dari Kelurahan Pluit pada 26 April 2019.
Johanna mengungkapkan, surat itu berisi undangan sosialisasi rencana pembangunan sekolah swasta di sana.
Undangan sosialisasi ini membuat warga Perumahan Pluit Putri geger karena sekolah internasional bakal berdiri di atas satu-satunya ruang terbuka hijau (RTH) yang sudah ada sejak dulu di wilayah permukiman mereka.
"Lho, kaget kita. 'Kok sosialisasi? Kok kami enggak tahu apa-apa mau dibangun sekolah? Kok bisa sekolah dibangun di atas fasilitas umum dan fasilitas sosial kita?'. Wah ribut, resah," kata Johanna.
"Undangan dikirim pada 26 April untuk pertemuan di Kelurahan Pluit pada 3 Mei 2019," imbuh dia.
Pertemuan untuk sosialisasi belum berlangsung, Johanna menyebut Riang yang saat itu bertindak sebagai koordinator lapangan datang bersama para pekerja pada 1 Mei 2019.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.