Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Pasar Kemiri Muka Tak Tahan Lagi Lihat Sampah Setinggi Atap di TPS, Ancam Buang ke Kantor DLHK Depok

Kompas.com - 30/05/2023, 00:10 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kejengkelan pedagang Pasar Kemiri Muka, Depok, sudah sampai puncaknya. Mereka sudah tak tahan melihat tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS).

Sampah-sampah di TPS itu jarang diangkut petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok. Akibatnya, tumpukan sampah mengganggu aktivitas jual beli di Pasar Kemiri Muka.

Baca juga: Sampah Menggunung di Pasar Kemiri Muka Depok, Sudah Terjadi Dua Bulan

Kekesalan para pedagang itu dituangkan ke dalam beberapa spanduk yang membentang di area pasar. Protes itu ditujukan kepada DLHK Kota Depok. Sampah itu disebut-sebut sudah menggunung sejak dua bulan terakhir.

"Kembalikan fungsi TPS Pasar Kemiri Muka Depok seperti semula!" seru spanduk tersebut.

"Pasar Kemiri Muka Depok bukan tempat pembuangan akhir (TPA)!"

Bau busuk dan banyak belatung

Adapun ketinggian tumpukan sampah sekitar lima meter, nyaris sejajar dengan atap kios para pedagang Pasar Kemiri Muka. Kondisi sampah di sana sudah mirip tempat pembuangan akhir (TPA).

Sampah-sampah itu didominasi sampah sayuran, buah-buahan, keranjang, karung, dan sampah rumah tangga. Kondisi sampah sudah membusuk sehingga menimbulkan aroma tak sedap.

Baca juga: Sampah Menggunung di Pasar Kemiri Muka Depok, Tingginya Sejajar Atap Kios

"Saya anggap sekarang ini TPS Pasar Kemiri seperti menjadi TPA. Kenapa? Karena yang membuang sampah di situ bukan dari lingkungan pasar saja," kata Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Kemiri Muka Depok (KPPKMD) Karno Sumardo, Senin (29/5/2023).

Parahnya, kondisi sampah sudah membusuk. Hal itu ditandai dengan beberapa sampah yang sudah menghitam dan mengeluarkan air.

Belatung mengerubungi tumpukan sampah-sampah yang menggunung itu. Kondisi itu tentunya menimbulkan aroma tak sedap yang mengganggu para pedagang maupun pembeli.

Selain sampah pedagang, sampah-sampah di sana juga berasal dari enam RW di sekitar Pasar Kemiri Muka. Karno meminta petugas DLHK segera mengangkut sampah yang sudah menggunung di sana.

Baca juga: Kebakaran Pasar Kemiri Muka Depok, Pedagang Mangais Sisa-sisa Barang di Tokonya

Ultimatum

Para pedagang Pasar Kemiri Muka mengultimatum DLHK Kota Depok untuk segera mengangkut sampah yang menggunung di TPS.

Karno mengatakan, apabila ultimatum itu tak diindahkan, para pedagang akan menduduki kantor DLHK Kota Depok sambil membuang sampah di sana.

"Jika sampah tidak diangkut, kami akan demo kepala DLHK. Kemudian, sampahnya akan saya tumpahkan di depan kantor DLHK," kata Karno, Senin.

Selain itu, para pedagang juga bakal berunjuk rasa kepada Wali Kota Depok Mohammad Idris lantaran tak bisa mengatur bawahannya. Mereka memberikan waktu tiga hari kepada DLHK Kota Depok, terhitung sejak Senin ini.

Baca juga: Pedagang Pasar Kemiri Muka Ancam Buang Sampah yang Menggunung ke Kantor DLHK Depok

Para pedagang mendesak DLHK Kota Depok segera membereskan permasalahan sampah yang menggunung itu. Para pedagang hanya memberikan waktu tiga hari kepada DLHK Kota Depok, terhitung sejak Senin.

(Penulis : M Chaerul Halim | Editor : Ihsanuddin, Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com