Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rano Si Nelayan Muara Angke Diterjang Ombak Besar Saat Antar Tamu Memancing

Kompas.com - 22/06/2023, 15:33 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Terlepas kesehariannya sebagai seorang nelayan di Muara Angke, Rano (32) bekerja sambilan mengantarkan tamu dengan kapalnya, entah itu berwisata ke Kepulauan Seribu atau hanya sekadar memancing.

Terbiasa dengan laut, bukan berarti membuat ayah dua anak itu mudah menerka alam. Suatu kali dia pernah hampir kehilangan nyawa akibat ganasnya terjangan ombak saat hendak mengantarkan tamu memancing di perairan Karawang pada dini hari.

"Kembali lagi, namanya alam, kita enggak tahu," kata Rano membuka kisahnya, saat berbincang di Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (22/6/2023).

Baca juga: Dua Nelayan yang Tenggelam di Kepulauan Seribu Ditemukan dalam Kondisi Tak Bernyawa

Rano bercerita bahwa saat itu dia menerima permintaan tamu untuk diantar memancing di perairan Karawang. Dengan sigap, dia mengantarkannya dan bertolak dari Pelabuhan Kali Adem.

"(Antarkan) ke mana saja tujuan tamu. 'Mau mancing, Bang', 'Ke mana?', 'Ke Karawang', 'Ayo'" begitu percakapan singkat yang ditirukan Rano kepada tamunya.

Bersama anak buah kapal (ABK), Rano berangkat mengantar tamunya sekitar pukul 20.00 WIB. Mulanya, dia mengira semua akan baik-baik saja.

Baca juga: Detik-detik KM Ali Baba Tenggelam di Perairan Kepulauan Seribu, Mesin Kapal Mati lalu Diterjang Ombak

Sebab, dalam penglihatan Rano, keadaan laut saat itu sangat tenang.

"Giliran sudah sampai tengah, sekitar jam 02.00 WIB, dihantam ombak, angin, hujan, sekaligus. Posisinya lagi mau ke tengah, mau ke laut," ucap Rano.

Perasaan panik langsung menghantui. Tetapi, dia berusaha tenang.

Berbekal pengalaman hidup sebagai seorang nelayan yang sudah terbiasa melaut, Rano memutuskan untuk segera memutarbalik haluan kapal.

Beruntung, tidak ada korban dalam insiden itu. Rano, ABK, dan tamunya berhasil sampai daratan.

''Alhamdulillah selamat, nih buktinya sampai sekarang. Makanya saya kadang-kadang kalau berangkat malam, ya begitu, risikonya enggak kelihatan," imbuh Rano.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com