Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITF Dianggap Lebih Efektif Olah Sampah Minim Residu di Jakarta

Kompas.com - 06/07/2023, 06:24 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur eksekutif Center of Energy Security (CESS) Ali Ahmudi mengatakan, pemerintah memerlukan teknologi yang bisa menghancurkan sampah dengan cepat untuk mengimbangi jumlah sampah yang terus bertambah.

Ia memaparkan, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, setiap harinya DKI Jakarta menghasilkan sampah sebanyak 7.233 ton pada periode tahun 2020 sampai 2021.

Jumlah ini belum termasuk sampah-sampah tidak tercatat yang tentunya terus bertambah seiring jumlah penduduk.

Baca juga: TPS Akan Ditambah, Warga Kapuk Muara Diminta Tak Lagi Buang Sampah di Kolong Rumah Panggungnya

"Kita membutuhkan teknologi yang membuat penanganan sampah menjadi cepat agar pertambahan volume sampah yang diakibatkan peningkatan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, peningkatan jumlah industri, dan lingkungan yang berkejaran bisa dikelola," ucap Ali dalam diskusi manajemen pengelolaan sampah di Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Memang, kata dia, pemerintah DKI Jakarta saat ini sudah menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan teknologi refuse derived fuel (RDF).

Namun, itu masih belum bisa menuntaskan permasalahan sampah yang bertambah terus sekitar 10 persen per harinya.

Belum lagi, hasil akhir pengeringan sampah dari teknologi RDF ini menghasilkan banyak residu, dan dinilai kurang efektif lantaran butuh waktu untuk pemilihan jenis sampah.

Dalam satu siklus, dari sampah hingga menghasilkan produk akhir biopellet, harus melewati paling tidak lima jalur.

Baca juga: Duduk Perkara Sampah di Kolong Rumah Kapuk Muara hingga Mencuat Polemik Tanah Sengketa

Mulai dari pengumpulan sampah dari rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir.

Kemudian, pemilahan sampah dengan teknologi sampai penyaluran sampah ke pabrik untuk diolah menjadi biopellet, butuh energi dan biaya yang tidak sedikit.

"Pada akhirnya kalau RDF itu yang diandalkan untuk mengatasi masalah sampah di Jakarta, berapa banyak yang dibutuhkan, berapa panjang prosesnya?" tutur dia.

Untuk itu, Ali menilai perlu penambahan teknologi dengan kapasitas penghancur sampah yang lebih besar dan minim residu.

Teknologi itu adalah insinerator atau lebih dikenal dengan Intermediate Treatment Facility (ITF).

Insinerator ini akan mengolah sampah dengan konsep waste to energy (sampah menjadi energi).

Baca juga: Ketua RT: Tumpukan Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Menutupi 2 Hektar Lahan

Teknologi ini mampu membakar sampah hingga 97 persen, sehingga nyaris tidak meninggalkan residu. Sedangkan RDF hanya mengolah habis sampah maksimal 50 persen dari total volume sampah.

Dalam prosesnya, kata Ali, sebuah insinerator dapat mengolah sekitar 2500 ton sampah per hari.

Bahkan, dari satu pembangkit insinerator bisa menghasilkan listrik setara 35-40 megawatt per jam.

Ali menilai, jika empat pengelolaan sampah berbasis ITF berjalan, seluruh sampah yang ada di TPST Bantargebang bisa terurai dengan sisa pembuangan yang sangat minim.

Sebab, berbeda dengan RDF yang harus melalui pemilahan, teknologi ITF dapat menghancurkan berbagai macam sampah, kecuali logam dan barang elektronik.

Baca juga: Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Sudah Ada Sebelum Warga Bermukim

Seluruh sampah itu akan dibakar dalam satu wadah tertutup sehingga tidak menimbulkan emisi atau asap pembuangan yang mengganggu lingkungan.

Proses pembakaran juga dilakukan dalam satu waktu tanpa perlu berpindah lokasi dan tanpa bantuan transportasi.

Sebelumnya, DKI Jakarta sempat berencana membangun empat ITF yaitu di Jakarta wilayah Barat, Timur, Selatan, dan Sunter, Jakarta Utara. Namun karena kendala biaya, hingga saat ini belum terealisasi.

Sebab, kata Ali, pembuatan satu ITF bisa menelan biaya Rp 5 triliun.

Jika empat ITF yang direncanakan pemprov DKI terwujud, 7.400-9.500 ton sampah di Jakarta akan bisa terurai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com