JAKARTA, KOMPAS.com - Tini (52), penjual lauk matang di Pekayon, Pulo Gadung, Jakarta Timur, menyampaikan keluh kesahnya soal kenaikan harga bahan pokok, termasuk daging ayam dan telur.
Imbasnya, keuntungannya berkurang karena tidak bisa langsung menaikkan harga jual meski harga bahan pokoknya mahal.
"Wah terasa banget, sudahlah sepi, ininya (daging ayam) mahal. Pintar-pintar mutar otak aja kita lagi, enggak bisa hitung untung rugi," ujar Tini saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Cibubur, Rabu (12/7/2023).
Sebab, meski harga daging ayam sudah menyentuh Rp 40.000 per ekornya dengan berat di bawah satu kilogram, Tini tidak ikut menaikkan harga lauk yang dia jual.
"Enggak ikut naik, aku jual harga biasa cuma ambil untungnya sedikit, sama saja harga jual lauknya kayak sebelum naik, ayam opor tetap dijual Rp 13.000," ucap dia.
Menurut Tini, yang penting dagangannya habis tidak bersisa, meski untung yang diambil sangat tipis.
"Omzet sudah enggak hitung lagi, yang penting cukup buat makan. Enggak sampai 50 persen dari omzet sebelumnya lah. Dapat Rp 1.000, Rp 2.000 untungnya enggak apa, yang penting lancar. Enggak bisa ditarget sekarang itu," ucap dia.
Tini kerap mendapat protes dari pelanggannya saat harga lauk yang dijual naik.
Baca juga: Saat Pedagang di Pasar Cibubur Menombok Modal dan Pilih Tidak Jualan karena Harga Ayam Naik
Tidak jarang pembeli meletakkan kembali lauknya saat Tini mengatakan harga lauk tersebut selisih Rp 1.000 saat ini karena semua serba mahal.
"Nih ya, saya jualan sayur, tadinya dijual Rp 5.000, jadi sekarang Rp 6.000, lah enggak jadi dibeli, ditaruh lagi sayurnya sama dia (pembeli)," celetuk dia.
Jika lauk jualan Tini bersisa, ia memilih membagikannya kepada tetangga sekitar daripada menjual dengan harga yang ditawar pembeli.
"Mending saya kasih tetangga kalau lauk sisa dari pada dikasih harga yang ditawar pembeli," tutur dia.
Baca juga: Harga Daging Ayam Melonjak, Sejumlah Pedagang di Pasar Cibubur Tak Jualan
Pasalnya, jika sekali mengiyakan tawaran pembeli, keesokan harinya pembeli tersebut akan menjadikannya sebagai patokan untuk menawar lagi.
"Umpama nih, sayurnya saya jual Rp 6.000, terus ditawar Rp 5.000 saya kasih. Besoknya dia datang lagi, malah itu dijadikan patokan harga 'kok kemaren Rp 5.000, sekarang Rp 6.000?' Jadi mending sisa aku kasih orang," tandas Tini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.