Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkai Kapal yang Belum Dievakuasi di Pelabuhan Sunda Kelapa Hambat Pengiriman Sembako ke Daerah

Kompas.com - 14/07/2023, 14:10 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bangkai kapal layar motor (KLM) yang belum dievakuasi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara memperhambat jalur pengiriman sembako ke sejumlah daerah.

Pasalnya, sejumlah kapal pengangkut sembako yang seharusnya berlayar ke tujuannya masing-masing kini hanya bisa bersandar di Dermaga Pelabuhan Sunda Kelapa.

Jalur keluar kapal-kapal itu terhalang bangkai kapal yang belum dievakuasi dalam 3 bulan terakhir.

Salah satu kapal pengangkut sembako yang terjebak di pelabuhan itu adalah kapal yang dinakhodai Edi (42).

Kapal yang dibawa Edi itu mengangkut sejumlah bahan pokok yang sejatinya hendak dikirim ke Bangka Belitung.

"Pasokan sembako ke daerah-daerah terhambat. ABK (anak buah kapal), buruh, nakhoda menderita semua, imbasnya ke mana-mana," kata Edi saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamis (13/7/2023).

Baca juga: Terjebaknya Nakhoda dan ABK di Pelabuhan Sunda Kelapa, Luntang-lantung dan Tak Bisa Nafkahi Keluarga

Kapal Edi sudah terjebak di Dermaga Pelabuhan Sunda Kelapa pada pertengahan April 2023.

Karena sudah hampir tiga bulan muatan berisi sembako tidak dikirimkan ke Bangka Belitung, alhasil banyak beras dan gula pasir menjadi rusak.

“Itu (akhirnya muatannya) dibongkar semua muatan di situ, sudah rusak semua barangnya. Beras sudah rusak semua, sudah kutuan semua," imbuh Edi.

Edi mengatakan, gagalnya pengiriman pasokan sembako itu akhirnya menyebabkan harga sembako di Bangka Belitung melambung tinggi.

"Dari Bangka Belitung juga mengeluh, bahan baku dan segala macam juga sudah mahal gara-gara kapal ini enggak bisa berlayar," lanjut Edi.

Baca juga: Kapal Pengangkut Sembako Terjebak 3 Bulan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Nakhoda: Imbasnya ke Mana-mana

Edi bersama nakhoda dan ABK yang terjebak kini hanya bisa menunggu tindakan dari pihak berwenang agar bangkai kapal yang kini sudah karam itu segera dievakuasi.

"(Aktivitas sehari-hari) ya menganggur saja, enggak ada kegiatan, cuma nongkrong. Kadang-kadang ada teman yang datang, kasih kopi, makanan, ya di sini saja," ucap salah satu nakhoda kapal yang lain, Oji (42), saat ditemui Kompas.com dalam kesempatan yang sama.

Adapun kapal yang belum dievakuasi itu mengalami kebakaran pada April 2023 di area gudang sembilan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Kapal yang terbakar tersebut berada dekat dengar pintu keluar dan masuknya kapal lain. 

Alhasil, kapal yang sudah bersandar sebelum terjadinya peristiwa kebakaran ini tidak bisa berlayar karena jalannya terhalang.

Baca juga: Cerita Nakhoda Terlunta-Lunta di Pelabuhan Sunda Kelapa Hampir 3 Bulan

Meski begitu, aktivitas pelayaran dan bongkar muatan masih terlihat di area kapal besi. Sebab, kapal dan kapal besi memiliki jalur berbeda.

"(Akhirnya muatan) dibongkar lagi. Dimasukkan ke kapal besi. Kan kapal besi bisa lewat, untuk kapal saja yang bisa lewat," ujar Edi.

“Jadi, khawatir barangnya rusak karena kelamaan, daripada tambah rugi lagi, mending dioper ke kapal besi saja," tambahnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com