DEPOK, KOMPAS.com - Persoalan sampah di Kota Depok, Jawa Barat, tak ada habisnya.
Masalah "gunung sampah" di tempat pembuangan akhir (TPA) Cipayung, misalnya, bukan baru-baru ini saja menjadi perbincangan.
Bahkan, tumpukan sampah di sana beberapa kali longsor akibat kelebihan muatan (overload).
Baca juga: TPA Cipayung Melebihi Kapasitas sejak 2019, Tumpukan Sampah Menggunung dan Sempat Longsor
Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, berat total sampah di TPA Cipayung kini mencapai 3,5 juta metrik ton.
Sementara ketinggian "gunung" sampah itu sekitar 25 meter. Penumpukan sampah sudah berlangsung sejak 2019.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan (DLHK) Kota Depok Abdul Rahman menyebutkan, setiap hari terdapat sekitar 900-1.000 ton sampah dikirimkan ke TPA Cipayung.
"Sekitar 900-1.000 ton (sampah) per hari yang dikirim ke TPA Cipayung. Jadi, yang kami terima (di TPA Cipayung) setiap hari 900-1.000 ton per hari," ujar Abdul, Senin (17/7/2023).
Setiap warga Depok diasumsikan rata-rata menghasilkan 0,67 liter sampah per hari.
Dengan hitungan tersebut, 2 juta warga Depok total menghasilkan 1.500 ton sampah per hari.
Baca juga: Tak Layaknya TPA Cipayung: Sudah Penuh Sesak, tapi Masih Kedatangan 1.000 Ton Sampah Per Hari
Namun, jumlah sampah yang dikirimkan ke TPA Cipayung per harinya tak sampai 1.500 ton.
Sebab, menurut Abdul, sebagian sampah disalurkan ke unit pengolahan sampah, bank sampah, hingga diambil pemulung.
Anggota Fraksi PKB DPRD Kota Depok Babai Suhaimi menilai, Pemkot Depok abai terhadap persoalan sampah.
Padahal, menurut dia, semestinya TPA Cipayung sudah tak bisa lagi dioperasikan.
"TPA Cipayung melebihi kapasitas dan sudah tidak layak untuk dijadikan tempat pembuangan sampah," tutur Babai melalui sambungan telepon, Rabu (12/9/2023).
Menanggapi kritik tersebut, Abdul menyebutkan pengelolaan sampah di TPA Cipayung tak bisa dilakukan secara instan.
Selain itu, kata dia, jumlah penduduk di Kota Depok juga semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
"Memang perkembangan produksi sampah atau timbulan sampah di Kota Depok, dengan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, tentu mengakibatkan ledakan jumlah volume sampah yang dikirim ke TPA Cipayung," urai Abdul.
Baca juga: Masalah Sampah di Depok Tak Kunjung Beres, TPA Cipayung Sudah Tidak Layak, TPST Jadi Solusi
Masalah di atas belum menyentuh soal sampah-sampah yang dibuang sembarangan di sungai.
Kondisi sungai di Kota Depok juga tak kalah memprihatinkan daripada kondisi TPA Cipayung.
Pada Juli 2022, Kompas.com memberitakan soal tumpukan sampah di Kali Licin Depok yang menutupi permukaan air.
Sampah yang didominasi styrofoam dan batang bambu itu memenuhi kali sepanjang 10 meter.
Tumpukan sampah menyebabkan aliran Kali Licin tersumbat sehingga air meluap. Akibatnya, permukiman warga sekitar kebanjiran.
Baca juga: Pandawara Group Datang ke Depok, Sebut Masalah Sampah di Sana Lumayan Complicated
Saat itu, Satuan Tugas Sumber Daya Air (Satgas SDA) dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Depok mengerahkan tiga truk serta 30 personel untuk mengangkut sampah.
Terkini, Pandawara Group turun tangan untuk menangani sampah di Kota Depok.
Komunitas pemuda peduli lingkungan itu membersihkan tumpukan sampah di sungai Jalan Raya Krukut, Limo, Depok, pada Selasa (18/7/2023).
Sampah di kali kecil itu telah menumpuk, bahkan sampai bisa dipijak. Tumpukan sampah terdiri dari styrofoam yang warnanya telah berubah menjadi warna cokelat.
Dua anggota Pandawara Group yang mengikuti kegiatan tersebut, yakni Gilang Rahma dan Rifki Sadullah.
Baca juga: Tumpukan Sampah Sampai Jadi Pijakan, Kali Krukut Depok Akhirnya Dibersihkan
Sebelum turun ke kali yang dipenuhi sampah, Gilang dan Rifki terlebih dahulu menyiapkan pakaian "tempur" masing-masing.
Mereka mengenakan kaos oranye yang dilapisi dengan baju overall. Gilang dan Rifki juga mengenakan sepatu boots serta sarung tangan berwarna putih.
Mereka turun ke sungai menggunakan tangga bambu yang telah disiapkan sebelumnya.
Awalnya, mereka menginjak tumpukan sampah tersebut. Kemudian, Gilang dan Rifki turun ke sungai. Setengah badan mereka terendam air.
Keduanya langsung mengangkut sampah yang menumpuk di kali itu.
Baca juga: Ekskavator Diterjunkan untuk Angkut Sampah di Kali Krukut Depok
Sampah-sampah ini kemudian dimasukkan ke kantong sampah berwarna hitam.
Saat Gilang-Rifki fokus mengangkut sampah yang ada di kali, sebagian peserta bersih-bersih sampah lain mengangkut sampah yang sudah dikumpulkan dari bantaran kali ke atas.
Peserta lain program ini berasal dari PT Pupuk Kaltim yang menginisiasi kegiatan bersih-bersih kali di Jalan Raya Krukut.
Sekitar 40 orang yang membersihkan sampah di kali tersebut.
Baca juga: Bersihkan Kali Krukut Depok, Pandawara Group: Sampahnya Parah Sih...
Gilang menyebut kondisi sampah di kali tersebut tergolong padat dan parah.
Berdasar pengamatannya, sampah di sungai tersebut merupakan sampah yang hanyut sehingga menumpuk di sana.
"Kalau dilihat dari tumpukan sampah ini, dominannya sampah kiriman. Karena yang lumayan mengambat arus sungai juga banyaknya styrofoam sama plastik. Ada batang kayu juga," urai Gilang.
Ia juga menilai permasalahan sampah di Kota Depok tergolong pelik.
Menurut dia, masalahnya tak jauh berbeda dengan wilayah lain dengan jumlah penduduk besar.
Baca juga: Tumpukan Sampah di TPA Cipayung Setinggi 25 Meter, Totalnya 3,5 Juta Metrik Ton
"Rata-rata di kota besar di Indonesia, dalam tanda kutip, penduduknya pasti mempunyai permasalahan sampah yang lumayan parah. Konsumtif kalau masalah sampah," kata Gilang.
Di satu sisi, Rifki menyebutkan, Pandawara Group, berencana kembali membersihkan sampah di Kota Depok.
Namun, Rifki mengaku masih belum bisa memberi bocoran lokasi di Depok yang hendak mereka bersihkan.
"Tapi, insya Allah mau cepat atau lambat, kami pasti datang (lagi ke Depok)," lanjut dia.
Baca juga: Truk Sampah Mengular di TPA Cipayung, Antreannya hingga 2 Persimpangan Jalan
Menurut Rifki, Pemkot Depok harus memiliki tim khusus membersihkan sungai.
Tim ini harus disiagakan di setiap kecamatan atau kelurahan yang dialiri sungai.
"Kami berharap adanya tim untuk yang memelihara sungai-sungai yang ada," tutur Rifki.
"Kayak kalau di Bandung ada tim gorong-gorong bersih," lanjut dia.
Untuk mengatasi masalah sampah di Depok, rencananya bakal dibangun tempat pembuangan sampah terpadu (TPST).
TPST yang nantinya berada di TPA Cipayung itu bakal mengolah sampah menjadi refused-derived fuel (RDF).
RDF adalah bahan bakar pabrik semen setara batu bara muda yang diolah dari sampah.
Baca juga: TPST Depok Akan Olah 300 Ton Sampah Jadi RDF
Abdul Rahman mengatakan, TPST di Kota Depok diperkirakan mampu mengolah 300 ton sampah per hari menjadi RDF.
TPST akan didirikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai tahun ini.
"Untuk progresnya, 2023 ini akan dilakukan pembuatan DED, basic design, sampai dengan pelelangan (jasa konstruksi), semua dilakukan oleh Kementerian PUPR," ucap Abdul.
Berdasar informasi dari Kementerian PUPR, proses lelang jasa konstruksi itu akan rampung pada akhir 2023.
Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan konstruksi TPST akan berlangsung pada 2024.
Pembangunan konstruksi TPST diperkirakan memakan waktu setahun.
"(Pembangunan) diperkirakan sampai dengan satu tahun dan 2025 harapan kami semua bisa beroperasi," kata Abdul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.