Korban diamankan karena sejumlah warga masih belum terima bahwa Ridho sebenarnya adalah korban, bukan pelaku pencurian seperti yang dituduhkan.
Bhabinkamtibmas Kelurahan Cipete Utara Aipda Deni Anggoro mengatakan, Ridho sempat meminta warga untuk berhenti memukulinya.
Saat itu Ridho menegaskan bahwa dia bukan maling sebagaimana yang dituduhkan. Namun, warga mengabaikan pengakuan korban.
"Saat saya datang, dia (Ridho) sudah bilang ke warga kalau dia bukan pelaku pencurian. Dia bilang gini, 'Pak saya korban pak, HP saya juga diambil'," ujar Deni kepada wartawan di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu.
Baca juga: Tuduh Maling dan Pukuli Pria di Cipete, Para Pelaku Diminta Urunan Ganti Rugi
Namun, Deni menyebut amarah warga masih memuncak dan tetap berupaya untuk memukuli korban.
"Ada warga yang nyeletuk, 'Pak urusan sama kita belum selesai'. Saya sempat agak marah juga, 'Selesai apa, urusannya apa sama kamu, kalau memang tidak tahu menahu, enggak usah kamu ikut-ikutan'," beber Deni.
Melihat situasi yang tak kondusif, Deni kemudian berkoordinasi dengan sejumlah pihak berwenang.
Ia langsung membawa Ridho ke kantor Kelurahan Cipete Utara supaya tak terus diamuk warga.
"Akhirnya saya di situ koordinasi. Jadi saya inisiatif, saya bilang 'kita bawa motor saja ke kelurahan'," imbuh dia.
Usai dibawa ke kelurahan, Ridho diberikan pertolongan pertama dan diantar ke tempat kerjanya kembali.
Baca juga: Diduga Gara-gara Tato, Pria di Cipete Dikira Maling lalu Dipukuli
Adapun alasan Ridho dituduh maling lalu dipukuli sejumlah warga diduga karena tato yang dirajah di lengannya.
"Ya mungkin itu juga termasuk (tato di lengannya)," ujar Eko.
Menurut Eko, sebagian warganya memiliki penilaian bahwa orang bertato merupakan seorang pelaku kriminal.
Buntutnya, ketika Ridho berteriak dirinya kemalingan, sebagian warga tidak percaya dan malah menuduhnya sebagai maling karena yang bersangkutan bertato.
"Karena tato kan identik dengan narapidana, image-nya kan jelek juga kalau ada tato, apalagi di tangan. Mungkin ada warga yang masih berpikiran seperti itu," ujar Eko.
(Penulis: Dzaky Nurcahyo | Editor: Jessi Carina, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Irfan Maullana).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.