TANGERANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Tangerang Selatan Deden Deni kembali membantah informasi tentang murid di SMP Negeri 12 Tangerang Selatan yang duduk lesehan di ruang kelas.
Deden menuturkan, tidak mungkin para murid di sekolah tersebut duduk di lantai ketika sedang belajar.
"Enggak mungkinlah kalau lesehan kayak gitu. Kalau cuma kursi sih banyak (tersedia). Kalau misalnya kurang mah bisa ambil dari sekolah lain," ucap Deden saat dikonfirmasi Kompas.com Kamis (10/8/2023) petang.
Deden mengatakan, Disdik Tangsel memiliki banyak meja dan kursi untuk para murid baik jenjang SD atau SMP.
Apalagi, Disdik selalu melakukan pengadaan meja dan kursi setiap tahunnya.
"Kalau cuma kurang bangku sih, kalau misalnya masih kurang, ya bisa pinjam sekolah lain, tidak hanya ke SMP, SD juga (akan dipinjam). Karena banyak kan bangkunya, setiap tahun kami perbaharui, yang lama diganti yang baru dan yang lama masih bisa dipakai," kata dia.
Kendati demikian, Deden memastikan akan menelusuri informasi tentang siswa di SMP Negeri 12 Tangsel yang sempat belajar lesehan di dua minggu awal proses belajar mengajar berlangsung.
"Ya, nanti saya pastikan, takutnya ada misinformasi atau apa. Tapi kalau soal bangku, saya tidak meyakinilah," jelas dia.
Sebelumnya, Deden juga sempat menepis soal informasi tentang murid-murid di sekolah tersebut yang sempat belajar lesehan.
Ia menuturkan, para murid itu lesehan karena sedang dalam masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Deden mengungkapkan, murid-murid itu memang sengaja dikumpulkan di ruang kelas, agar bisa mengenal teman-temannya.
Hal itu dilakukan untuk menciptakan keakraban antar siswa yang baru bergabung.
"Kalau sekarang sih, enggak ya (tidak lagi lesehan)," imbuh dia.
Informasi yang disampaikan Deden berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Humas SMP Negeri 12 Tangsel, Imas Mahdalena.
Baca juga: Kadisdik Bantah SMPN 12 Tangsel Kelebihan Murid sehingga Belajar Lesehan, Ini Penjelasannya
Imas mengakui, siswa kelas 7 di sekolah tersebut memang sempat belajar lesehan.
"Duduk di bawah itu (lesehan), di dua minggu kemarin," kata Imas saat ditemui di tempatnya mengajar.
Meski demikian, proses belajar mengajar dengan cara lesehan itu sudah mereka tinggalkan.
Sekolah akhirnya mengubah jam pelajaran menjadi dua sesi, yakni sesi pagi-siang dan siang-sore.
Hal tersebut dilakukan agar para murid bisa belajar dengan kondusif, meski kenyataannya masih belum layak karena masing-masing dari kelas 7, berisi hampir 50 orang siswa.
Baca juga: Bantah Murid Baru SMPN 12 Tangsel Belajar Lesehan, Kadisdik: Itu Saat MPLS
"Baru hari ini dimulai. Karena minggu-minggu kemarin itu, kami masih cari solusi, win-win solution-nya, bisa enggak masuk pagi semua, tapi ternyata enggak bisa, ya sudah (dibagi menjadi dua)," ucap Imas.
Ucapan Imas diamini salah satu orangtua murid yakni Yanti.
Ia membantah keterangan Deden soal belajar lesehan yang disebut sedang MPLS.
"Iya sudah itu (masa belajar). Pertama kan, itu sudah terbentuk wali kelasnya, sudah dapat buku cetak, sudah belajar, sudah ada jadwalnya," kata Yanti kepada Kompas.com, Selasa (8/8/2023) petang.
Informasi itu bahkan disampaikan juga oleh anaknya yang belajar di lantai.
Bahkan, kata Yanti, ada seorang siswa yang rela membawa meja lipat ke dalam kelas.
"Iya, sudah proses belajar. Itu sudah (mulai). Malah ada yang bawa meja lipat. Saya juga sempat kasih saran ke anak, bawa meja lipat, tapi katanya dia, malas bawanya," tutur Yanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.