Namun, ia tidak menyangka, didikannya kepada anak pertama dari dua bersaudara itu mengakibatkan sakit hati terus tumbuh dalam diri Rifki.
”Mungkin ada miskomunikasi. Menurut saya, itu seharusnya enggak membuat dia sakit hati karena secara prosedur pekerjaan enggak ada penekanan, bicara keras, dan intimidasi," ujar Bakti dikutip dari Kompas.id.
"Cuma mungkin karena pergaulan di luar, kita tidak tahu. Dia sendiri di rumah baik-baik saja,” lanjutnya.
Bakti kini memilih mengikhlaskan tragedi ini. Ketiadaan istri karena ulah anak sendiri ia anggap sudah menjadi takdir.
Walau bagaimanapun, Bakti tidak ingin menuntut hukuman berat untuk anaknya seiring permintaan maaf yang telah diucapkan.
Baca juga: Meski Harmonis di Mata Tetangga, Keluarga di Depok Simpan Bom Waktu Berbuntut Tragedi Berdarah
"Enggak ada manusia lahir sempurna, itu enggak ada. Lebih banyak salah daripada benarnya. Bagaimanapun ini sudah terjadi, kehendak Yang Mahakuasa," kata Bakti.
"Saya berharap dia dapat hukuman seringan-ringannya, kelak jadi orang yang mawas diri, lalu bisa jadi orang bermanfaat buat orang banyak,” lanjutnya.
(Penulis: Muhammad Naufal | Editor : Larissa Huda, Jessi Carina, Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.