Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar IT Sebut Pelaku Penipuan "The Tinder Swindler" Indonesia Profesional dan Terpelajar

Kompas.com - 23/08/2023, 10:45 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menduga penipu dalam kasus "Tinder Swindler Indonesia" profesional dan terpelajar.

Seperti diketahui, terduga penipu ini sempat menyinggung bisnis jual beli daring yang disebutnya sebagai salah satu sumber kekayaannya selama ini untuk menjerat korbannya.

Bisnis jual beli daring yang dimaksud adalah sebuah website lokapasar berbahasa asing. Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di Cina.

Baca juga: Saat Para Penipu Tinder Swindler Incar Wanita Indonesia, Kini Diburu Polisi...

"Tampilannya sangat profesional, bahkan (pelaku) cukup terpelajar. Sehingga korbannya percaya dan mengirimkan uang," ucap Alfons kepada Kompas.com, dikutip Rabu (23/8/2023).

Bagi orang awam, ucap Alfons, akan sangat sulit mengindentifikasi keaslian website yang ditawarkan pelaku. Padahal, kata Alfons, website serupa bisa dibuat oleh siapa pun.

Agar tidak mudah tertipu hal serupa, Alfons berujar, masyarakat harus mengerti cara mengecek domain, kapan website didaftarkan dan oleh siapa, pemegang saham atau pemilik nya siapa, hosting nya dimana.

"Semua itu agak teknis dan sulit dimengerti oleh awam. Mungkin konsultasi atau tanya dengan teman yang mengerti IT (teknologi informasi) lebih baik," ucap Alfons.

Baca juga: Pelaku Tinder Swindler Indonesia Diduga Manfaatkan Kelemahan Hindsight Bias pada Manusia, Apa Itu?

Di sisi lain, kata Alfons, pelaku juga memanfaatkan kondisi yang sedang mencari jodoh dengan memberikan impian sebagai pasangan yg dicari oleh korban.

Adapun pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini, menurut Alfons, setiap masyarakat diminta berhati-hati apabila ingin menjalin hubungan dengan melalui aplikasi kencan daring.

"Karena di dunia digital identitas orang sulit dikenali dan identifikasi hanya berdasarkan kredensial," ucap Alfons.

Menurut dia, saat ini foto, video, dan gambar sangat mudah dipalsukan. Apalagi dengan adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), penipuan lebih sulit lagi di identifikasi kalau hanya mengandalkan kanal digital.

Baca juga: Pakar Duga Pelaku Tinder Swindler Indonesia Melakukan Victim Profiling Sebelum Tipu Korban

"Jadi kalau memang mau mengandalkan kanal digital dalam hubungan, ya harus ada kopi darat dulu. Harus ada sikap skeptis karena ini dunia digital sudah pasti menjadi incaran penipu profesional," ucap Alfons.

Diduga jaringan besar

Adapun para korban menduga kuat penipu dalam kasus "Tinder Swindler Indonesia" berjumlah banyak. Bahkan, pelaku diduga pula merupakan sebuah jaringan.

Salah seorang korban berinisial TY mengatakan, para korban yang telah berjejaring pernah mencocokkan suara penipu mereka satu sama lain berdasarkan kiriman voice note.

Hasilnya, ada yang suara yang sama persis, ada pula yang tidak. Namun demikian, modus para pelaku dalam melancarkan penipuan cenderung sama.

Baca juga: Tak Butuh Waktu Lama, Pelaku “Tinder Swindler Indonesia” Yakinkan Korban untuk Pindah Komunikasi via WhatsApp

Salah satu cara membangun kepercayaan adalah memborbardir korban dengan kata-kata manis, memberikan perhatian yang tidak berlebihan, hingga bersikap seolah-olah simpati dengan kehidupan korban.

Setelah kepercayaan terbangun, barulah pelaku menawari korban untuk berbisnis di sebuah website jual beli daring yang ternyata bikinan pelaku.

Kini, para korban telah berjejaring. Mereka saling memberitahukan modus pelaku. Dari obrolan itu, para korban meyakini bahwa pelaku berasal dari jaringan yang besar.

"Karena mereka tersebar di berbagai dating apps. Website yang mereka bikin juga rapi, bahkan ada customer service-nya. Ini artinya jaringan canggih,” lanjut TY.

Baca juga: Kisah Pengusaha Perhiasan Nyaris Terjerat “Tinder Swindler Indonesia” saat Cari Pasangan Hidup...

Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban dan terkumpul di dalam sebuah grup. Bila ditotal, kerugian para korban bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.

Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023). Laporan teregistrasi dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Namun, bagi TY, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps agar tidak ada korban lagi di kemudian hari.

(Penulis : Dzaky Nurcahyo | Editor : Nursita Sari)

Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com