Salah satunya dengan meyakinkan IS bahwa bisnis online shop yang dijalankannya mampu memberikan penghasilan lebih di luar penghasilan utamanya.
"Kami marahan cukup lama, mungkin hampir satu bulan. Tapi dia marahnya make sense sih, karena dia punya argumen bahwa dropshipper itu menjadi penghasilan lain di luar pekerjaan utama. Jadi dia merasa tertuduh saja pas aku bilang kayak gitu (scam)," ucap korban.
Setelah berbaikan, pelaku memanfaatkan momen itu untuk memorot uang korban. IS diajari cara berbisnis di e-commerce yang biasa digunakan pelaku.
Korban yang sudah teperdaya akhirnya mengikuti arahan pelaku tanpa curiga. Ia mulai mendepositokan sejumlah uang melalui aplikasi ketiga untuk menjalankan bisnis tersebut.
"Toko online ini sistemnya agak berbeda. Kami harus top up dulu supaya orderannya bisa dijalankan," ungkap IS.
Baca juga: Penipu “Tinder Swindler Indonesia Tak Pernah Minta Foto Aneh-aneh, Korban: Saya Kira Cowok Baik...
Tak terasa, sedikit demi sedikit, korban telah menghabiskan uang ratusan juta rupiah untuk modal produk yang ternyata fiktif.
"Kalau enggak top up, nanti ada peringatannya. Jadi kami dipaksa untuk terus-menerus isi saldo sesuai harga barang yang diorder, yang mana orderannya adalah orderan fiktif buatan mereka," tutur IS.
"Aku total kerugian 60.000 USD atau kalau dikonversi Rp 900 juta lebih. Saya top up terus karena saya merasa udah percaya sama si Kenneth ini. Sebab, sekali aku percaya, aku percaya banget," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.