Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Abang Sepi Pembeli, Pemprov DKI Diminta Buat Regulasi Batasi TikTok Shop

Kompas.com - 15/09/2023, 19:06 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) untuk membatasi penjualan di media sosial, TikTok Shop.

Permintaan Wa Ode itu karena banyak menerima keluhan dari pada pedagang di Tanah Abang terkait sepinya pembeli.

"Saat ngobrol dengan teman-teman pedagang di Tanah Abang, mereka itu mengeluhkan sepi buat yang belanja langsung (datang ke toko)," kata Wa Ode dalam rapat mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023 di kawasan Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023).

Baca juga: Sepi Pembeli, Pedagang Tanah Abang Ingin Ada Regulasi yang Mengatur Penjualan Daring

Wakil Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan itu meminta Pemprov DKI Jakarta melalui Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati untuk membuat aturan atau regulasi soal penjualan online melalui media sosial.

"Harus melindungi UMKM kita agar gimana mereka eksis. Jadi kalau bisa ada pagarnya lah. Keluhannya mereka 'susah banget lho sejak ada TikTok Shop'," kata Wa Ode.

Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI-P Evita Nursanty juga menyoroti harga produk yang dijual platform TikTok yang kini merambah menjadi social commerce.

Evita mengatakan harga barang yang ditawarkan di TikTok terlalu murah.

"Kadang-kadang harganya tidak masuk akal (di TikTok), ada Madurasa harganya Rp 1.000. Itu sudah jelas dumping," kata Evita dalam rapat kerja dengan Kementerian Perdagangan dan Kemenkop UKM di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Evita mempertanyakan pengawasan yang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) terhadap TikTok.

Ia menilai pengawasan yang dilakukan Kemendag sudah gagal.

Keluhan pedagang

Keluhan serupa juga sebelumnya disampaikan pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yakni Edi (40).

Ia meminta pemerintah menerbitkan regulasi terkait persaingan dagang daring dan pedagang offline atau kios.

Edi menuturkan, regulasi perlu dibuat untuk membuat persaingan antara pedagang online dan offline lebih seimbang.

"Kalau persaingan, sehat sih sehat, cuma kami kalah saat ini. Kalah. Karena rata-rata di sini ada barang-barang yang memang punya kualitas, makanya kami punya harga yang tinggi," kata Edi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/9/2023).

Baca juga: Kegetiran Pedagang di Pasar Tanah Abang: Sepi Pembeli dan Sulit Bersaing dengan Pedagang Online

Selain barang yang diklaim lebih berkualitas, pedagang di Pasar Tanah Abang juga harus menjual dagangannya dengan harga lebih mahal karena tingginya harga sewa kios.

Di sisi lain, pedagang online cenderung bisa menjual murah karena tidak ada beban biaya sewa kios. Mereka juga bisa memotong beban biaya karyawan.

Sebab, menurut Edi, pedagang di pasar daring cenderung lebih mudah dalam berjualan dan tidak membutuhkan karyawan tambahan.

"Nah, pemerintah mungkin punya regulasi untuk pedagang online bagaimana caranya biar seimbang. Pedagang online jalan, pedagang offline jalan," kata Edi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com