JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat 10 tahun lalu, empat artefak yang terbuat dari emas di Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, hilang.
Artefak itu berada di sebuah ruangan bernama ruang emas di lantai dua. Pencurian diduga terjadi pada Rabu (11/9/2013) pagi. Namun, pengelola baru melaporkan pada Kamis (12/9/2013).
Keempat artefak tersebut terletak di dalam satu buah lemari kaca yang berada di ruang Kasana, lantai dua gedung lama museum terbesar di Asia Tenggara itu.
Baca juga: Kebakaran Museum Nasional, Damkar: Patung Paling Banyak Terbakar
"Museum Nasional kehilangan empat koleksinya, berupa lempeng emas temuan abad 18 oleh Belanda," kata Kacung Marijan, Pelaksana Tugas Dirjen Kebudayaan saat itu, Kamis (12/9/2013).
"Seluruhnya merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno pada abad 10 Masehi," ujar dia lagi.
Kesempatan pencuri empat artefak emas di Museum Nasional terbuka lebar. Sebab, selain CCTV tak berfungsi, alarm tak berbunyi, petugas keamanan yang bertugas pun tidak berada di tempat jaga.
Lempengan emas temuan abad ke-10 dan ke-11 Masehi yang ditinggalkan oleh Kerajaan Mataram Kuno diprediksi bernilai miliaran rupiah.
Baca juga: Polisi Selidiki Unsur Pidana Kebakaran Museum Nasional Indonesia
Polisi menemukan kejanggalan dalam kasus pencurian benda bersejarah peninggalan abad VIII sampai IX tersebut, salah satunya kunci lemari yang tidak rusak di tempat artefak tersebut disimpan.
Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) mencatat, sudah lima kali museum yang dikenal dengan nama Museum Gajah itu dibobol maling.
"Hilangnya koleksi emas dari Museum Nasional pada tanggal 11 September 2013 lalu merupakan kasus yang terjadi kelima kalinya," kata Koordinator Madya, Jhohannes Marbun, Jumat (13/9/2013).
Jauh sebelum pencurian pada 2013, pencurian benda bersejarah di Museum Nasional pertama kali dilakukan oleh kelompok pimpinan Kusni Kasdut pada tahun 1960-an.
Baca juga: Museum Nasional Tutup Sementara Pascakebakaran, Tiket Pengunjung Akan Dikembalikan
Aksi perampokan museum yang cukup fenomenal ini terjadi pada 31 Mei 1961. Kusni menyasar Museum Nasional yang dikenal juga sebagai Gedung Gajah di Gambir, Jakarta Pusat.
Dengan menggunakan mobil jeep dan mengenakan seragam polisi, yang tentunya palsu, saat memasuki Museum Nasional setelah melukai penjaga.
Kasdut lalu membawa lari 11 permata koleksi museum tersebut, sebagaimana ditulis dalam buku Para Jagoan: Dari Ken Arok sampai Kusni Kasdut karya Petrik Matanasi.
Pria kelahiran tahun 1929 itu juga pernah membunuh dan merampok seorang Arab kaya raya bernama Ali Badjened pada 1960-an.
Baca juga: Bara Api Lalap Gedung Museum Nasional, Menanti Nasib Ribuan Artefak Kuno
Dalam aksi tersebut, Kasdut ditemani Bir Ali. Ali Badjened dirampok sore hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di kawasan Awab Alhajiri, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Dia meninggal saat itu juga akibat peluru yang ditembakkan Bir Ali dari jeep yang dikendarai Kasdut.
Petrik juga menulis dalam bukunya bahwa Kusni Kasdut sempat dijuluki "Robin Hood" Indonesia, karena ternyata hasil rampokannya sering dibagi-bagikan kepada kaum miskin.
Adapun kasus pencurian di Museum Nasional tercatat kembali terjadi pada 1979. Saat itu, sejumlah koleksi uang logam bersejarah raib digondol pencuri.
"Ketiga, pencurian koleksi keramik senilai Rp 1,5 miliar dan belum terungkap sampai saat ini," ujar Marbun.
Baca juga: Dalam Setengah Abad, Museum Nasional Kebobolan 5 Kali
Pada tahun 1996, Museum Nasional kembali dibobol untuk keempat kalinya. Saat itu, koleksi lukisan karya Basoeki Abdullah, Raden Saleh, dan Affandi raib digondol pencuri.
Meski begitu, koleksi lukisan tersebut akhirnya dikembalikan kepada negara setelah diketahui keberadaannya di Balai Lelang Christy, Singapura.
"Dan terakhir, kasus yang baru saja terjadi pada tanggal 11 September 2013 yang lalu, yaitu hilangnya empat koleksi emas," tandasnya.
Setelah beberapa kali kehilangan artefak dan koleksi benda prasejarah, Musem Nasional terbakar pada Sabtu (16/9/2023) malam. Kejadian ini cukup mengejutkan publik.
Baca juga: Mengenal Sosok Robin Hood Indonesia yang Jarah Museum Nasional
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa sebagian koleksi yang terdampak kebakaran adalah replika berkategori prasejarah.
Plt Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra menyatakan, Kementerian saat ini tengah fokus memprioritaskan identifikasi dan memperbaiki ruangan museum yang terdampak, serta memastikan keamanan benda sejarah.
“Ada enam ruangan di Gedung A yang terdampak. Sedangkan, 15 ruangan lainnya di Gedung A, serta ruangan pamer Gedung B dan C sama sekali tidak terdampak. Api tidak menyebar,” tutur Mahendra.
Kendati demikian, pengelola museum belum bisa merinci daftar koleksi yang berada di ruangan-ruangan itu.
Baca juga: Kusni Kasdut Penjahat yang Fenomenal: Tobat Setelah Empat Vonis Hakim (4)
Sebab, pengelola masih menunggu izin dari tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) untuk bisa mengakses tempat kejadian perkara (TKP).
Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah ditutup sementara sebagai imbas kebakaran.
Sebagai informasi, saat ini pengelola masih melakukan penyelidikan terkait kebakaran yang terjadi di bagian belakang Gedung A pada Sabtu (16/9/2023).
(Tim Redaksi : Ivany Atina Arbi, Egidius Patnistik, Xena Olivia, Jessi Carina, Irfan Maullana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.