JAKARTA, KOMPAS.com - Toiroh (51), salah satu warga Kampung Bayam yang masih bertahan tinggal di tenda di depan Jakarta International Stadium (JIS), menumpahkan curahan hatinya mengenai pengeluaran sehari-hari.
Toiroh dan warga lainnya mengaku tidak memiliki uang lebih untuk membeli terpal baru sebagai alas dan atap tempat tinggalnya.
Pasalnya, ia harus memenuhi kebutuhan anaknya untuk tugas-tugas sekolah.
“Iya, mau beli terpal baru tapi enggak punya duit. Belum lagi kebutuhan anak sekolah, kan lagi ada yang ujian,” celetuk Toiroh saat ditemui di dalam tenda alias tempat tinggal sementara warga Kampung Bayam, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (18/9/2023).
Baca juga: Terpal Tenda Warga Kampung Bayam Terbang Tertiup Angin, Balita Hampir Celaka
Untuk diketahui, sebagian terpal tenda warga Kampung Bayam terbang usai tertiup angin beberapa waktu lalu. Sementara itu, tenda yang masih ada terlihat berlubang di beberapa bagian.
Kemudian, Toiroh juga kesulitan membeli lampion yang dibutuhkan anaknya untuk sekolah.
“Anak butuh lampion, itu nangis-nangis minta beli ini (lampion). Ya orang lagi ini (susah), enggak usah (menuntut),” tutur Toiroh.
Namun, dia tidak bisa berbuat banyak. Kemauan anak untuk tugas sekolah akhirnya dipenuhi. Alhasil, Toiroh membeli lampion untuk anak di Pasar Asemka, Taman Sari, Jakarta Barat.
“Iya (disuruh bawa gurunya buat tugas). Dia sampai nangis, mau enggak mau. Iya, ini (tugas) per kelompok, tapi katanya, ‘Kalau mereka enggak bawa, gimana’, gitu kan,” ucap Toiroh.
Curahan hati Toiroh tidak hanya sampai situ. Dia juga mengeluhkan iuran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) anaknya yang duduk di sekolah menengah pertama (SPP).
“Yang SMP juga begitu, ‘Mama, SPP-nya belum bayar’,” ucap dia.
Saat ditanya apakah dia menunggak SPP setiap bulannya, ibu empat anak itu menjawab lugas.
“Ya begitu deh. Doain saja semoga semuanya cepat selesai,” kata Toiroh.
Sebagai informasi, warga Kampung Bayam tergusur dari kediaman mereka imbas pembebasan lahan proyek Jakarta International Stadium (JIS).
Warga sudah tinggal di tenda sejak November 2022. Mereka mengaku tidak sanggup membayar kontrakan dan menolak untuk pindah ke Rusunawa Nagrak.
Baca juga: Tenda Bakal Dibongkar, Warga Kampung Bayam Bertahan dan Masih Perjuangkan KSB
Warga Kampung Bayam sejatinya merupakan penghuni Kampung Susun Bayam (KSB). Namun, KSB masih belum bisa dihuni hingga saat ini.
Salah satu BUMD DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo alias Jakpro, merupakan pengelola sekaligus pemilik aset KSB. Namun, lahan tempat KSB berdiri merupakan aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Vice President Corporate Secretary PT Jakpro Syachrial Syarif sebelumnya berdalih, Pemprov DKI Jakarta hingga saat ini belum memberikan legalitas secara resmi kepada Jakpro untuk mengelola KSB.
Alhasil, warga Kampung Bayam belum bisa menghuni KSB.
Baca juga: Gelisah Tendanya Akan Dibongkar, Warga Kampung Bayam: Harus Ada Solusi yang Benar
Di sisi lain, kata Syachrial, Jakpro juga harus mengetahui sampai kapan harus mengelola KSB. Sebab, kepemilikan bangunan KSB beserta lahan tempat berdirinya rusun tersebut berbeda.
"Kalau kami bilangnya bukan kendala, tapi lebih kepada proses legalisasi," tutur Syachrial, Februari lalu.
"Siapa yang pengelola sebenarnya dan sampai kapan pengelolaan itu, karena kepemilikan lahan dan gedung itu kan kepemilikannya berbeda," sambung dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.