Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kena Gas Air Mata Saat Bentrokan Ormas di Bekasi, Kompolnas: Bisa Bikin Trauma!

Kompas.com - 22/09/2023, 16:14 WIB
Joy Andre,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menyoroti penggunaan gas air mata untuk membubarkan massa organisasi masyarakat (ormas) yang bentrok di Jalan Raya Setu-Bantargebang, Bekasi.

Menurut Poengky, aparat penegak hukum perlu pendekatan preventif dibanding represif untuk membubarkan massa.

Sebab, cara represif bisa merugikan masyarakat yang tak bersalah.

"Jika hanya mereka yang dibubarkan yang terdampak, tak masalah. Tetapi, kalau dampaknya terkena masyarakat awam, terlebih jika anak-anak yang terkena, besar kemungkinan menimbulkan trauma berkepanjangan dan polisi akan disorot tidak proporsional dalam menggunakan kekuatan," jelas Poengky kepada Kompas.com, Jumat (22/9/2023).

Baca juga: Imbas Bentrokan Ormas di Bekasi, Benda Mirip Peluru Nyasar ke Rumah Warga

Poengky menilai, pendekatan represif juga malah akan menimbulkan kepanikan di kelompok massa. Tindakan represif aparat bahkan dianggap berisiko memicu kericuhan jauh lebih besar.

"Gas air mata sebaiknya digunakan secara selektif dengan mempertimbangkan risiko mengenai pihak-pihak lain yang tidak terlibat, terutama lansia, perempuan, dan anak-anak, perlu dijaga agar tidak ikut terdampak," ucap dia.

"Kami berharap, jika dirasa memunculkan masalah harkamtibmas (pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat), sebaiknya jangan sampai ditunggu besar dan meledak di ruang publik, melainkan segera dibawa ke kantor polisi untuk dapat diselesaikan di sana," lanjut Poengky.

Baca juga: Gas Air Mata Ditembakkan di Lokasi Bentrokan Ormas di Bekasi, Warga: Mata Perih, Anak-anak Ketakutan

Sebelumnya diberitakan, bentrokan antar-ormas terjadi di Jalan Raya Setu-Bantargebang, Rabu (20/9/2023) malam. Dalam bentrokan itu, satu orang berinisial A (30) tewas.

Aksi massa dipicu oleh penarikan kendaraan yang cicilannya tertunggak. Awalnya kelompok ormas itu bentrok di wilayah Kabupaten Bekasi. Malam harinya, bentrokan kembali pecah di wilayah Kota Bekasi.

Aparat diketahui menggunakan gas air mata untuk membubarkan kelompok yang bentrok.

Seorang warga bernama Euis Puspita Awalia mengaku merasakan perihnya gas air mata yang ditembakkan polisi.

Padahal, saat itu ia bersama tiga anak dan suaminya sedang berada di dalam sebuah restoran cepat saji.

"Sejak di situ memang sudah tercium juga ke dalam. Sudah tercium, sesak juga di situ," jelas Euis, Kamis malam.

Baca juga: Malam Mencekam akibat Bentrokan Maut Ormas di Bekasi, Warga Mengurung Diri Ketakutan

Euis mengetahui bahwa bentrokan terjadi sejak Rabu sore. Namun, ia mengira bahwa pada malam hari situasi telah kondusif.

Oleh sebab itu, ia mengajak keluarganya untuk makan malam di restoran cepat saji.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

15 Tempat Wisata di Puncak untuk Libur Natal dan Tahun Baru

15 Tempat Wisata di Puncak untuk Libur Natal dan Tahun Baru

Megapolitan
Heru Budi Ajak Masyarakat untuk Cegah Banjir Bersama-sama

Heru Budi Ajak Masyarakat untuk Cegah Banjir Bersama-sama

Megapolitan
Hadapi Musim Hujan, Heru Budi Periksa Kesiapan Rumah Pompa Waduk Pluit

Hadapi Musim Hujan, Heru Budi Periksa Kesiapan Rumah Pompa Waduk Pluit

Megapolitan
Kuasa Hukum Aiman Mengaku Tak Diberitahu Polisi soal Perubahan Aturan Penyelidikan Peserta Pemilu

Kuasa Hukum Aiman Mengaku Tak Diberitahu Polisi soal Perubahan Aturan Penyelidikan Peserta Pemilu

Megapolitan
Mayat Pria Tanpa Identitas Ditemukan di Kali Ciluar Bogor

Mayat Pria Tanpa Identitas Ditemukan di Kali Ciluar Bogor

Megapolitan
Aiman Berharap Tak Dapat Ancaman Usai Diperiksa soal Kasus Oknum Polisi Tak Netral

Aiman Berharap Tak Dapat Ancaman Usai Diperiksa soal Kasus Oknum Polisi Tak Netral

Megapolitan
Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD DKI Purwanto Meninggal Dunia

Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD DKI Purwanto Meninggal Dunia

Megapolitan
Pelantikan Ketua KPK Sementara Dinilai Cacat Hukum

Pelantikan Ketua KPK Sementara Dinilai Cacat Hukum

Megapolitan
Polisi Pastikan Tak Ada Intimidasi Terhadap Pentas Teater Butet Kartaredjasa

Polisi Pastikan Tak Ada Intimidasi Terhadap Pentas Teater Butet Kartaredjasa

Megapolitan
Usai Bakar Istrinya Hidup-hidup, Jali Langsung Berdagang

Usai Bakar Istrinya Hidup-hidup, Jali Langsung Berdagang

Megapolitan
Diperiksa 5,5 Jam, Aiman Dicecar 60 Pertanyaan soal Pernyataan Oknum Polri Tak Netral di Pemilu 2024

Diperiksa 5,5 Jam, Aiman Dicecar 60 Pertanyaan soal Pernyataan Oknum Polri Tak Netral di Pemilu 2024

Megapolitan
Antisipasi Banjir, Dinas Bina Marga DKI Sebar Petugas untuk Bersihkan Tali Air yang Tersumbat

Antisipasi Banjir, Dinas Bina Marga DKI Sebar Petugas untuk Bersihkan Tali Air yang Tersumbat

Megapolitan
Kronologi Pembunuhan Wanita di Bogor oleh Pacarnya Sendiri

Kronologi Pembunuhan Wanita di Bogor oleh Pacarnya Sendiri

Megapolitan
BPBD dan KPU DKI Bahas Strategi Penanganan 2.841 TPS Rawan Banjir

BPBD dan KPU DKI Bahas Strategi Penanganan 2.841 TPS Rawan Banjir

Megapolitan
Usai Bunuh Pacarnya di Bogor, Alung Ternyata Dibantu Temannya Saat 'Buang' Jasad Korban ke Ruko Kosong

Usai Bunuh Pacarnya di Bogor, Alung Ternyata Dibantu Temannya Saat "Buang" Jasad Korban ke Ruko Kosong

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com