“Ada lah pengaruh (sepi akibat Tiktok Shop), tapi enggak dominan. Kan (penjualan) online ini dari 2015 sudah mulai ramai,” ujar Roni.
“Lebih bagus kalau Pemerintah mementingkan dari segi UMKM. Apa sih, kekurangan? Apa yang bisa diberdayakan dan dikembangkan dari kami?” lanjut dia.
Roni menambahkan, Pemerintah seharusnya juga lebih meninjau terkait kebijakan barang impor yang beredar di Indonesia.
Pedagang lantai bawah relatif “aman”
Berbeda dengan Yanti (40), pedagang toko baju kebaya di lantai dasar. Yanti tidak merasa tokonya sepi pembeli.
Menurut dia, kondisi banyaknya pembeli yang datang akhir-akhir ini mulai membaik.
“Dari mulai Sabtu-Minggu pasti ramai. Kalau weekday, standar, kadang ramai kadang enggak,” kata Yanti.
“Tapi kami enggak sampai banget enggak, ini sudah mulai stabil lagi,” celetuk dia.
Baca juga: Heru Budi Sudah Bahas Revitalisasi Blok G Tanah Abang dengan Pasar Jaya
Selain membuka toko secara luring di Thamrin City, Yanti juga menjajakan jualannya melalui Instagram.
Sejumlah katalog kebayanya diunggah dan pembeli bisa melakukan pemesanan melalui WhatsApp.
“Kami banyak juga orderan dari luar toko, pesanan buat seragam saja alhamdulillah. Omzetnya lumayan, lah,” kata Yanti sambil tersenyum.
Meski turut mengalami penurunan penjualan, Yanti merasa omzetnya masih di batas aman.
“Aku paling besar dapat Rp 110 juta, turun-turun paling sekitar Rp 60 juta waktu agak sepi, lalu kadang Rp 80 juta. Enggak yang drastis banget. Enggak rugi, alhamdulillah,” lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.