JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zukifli Hasan mengunjungi Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/9/2023) siang.
Dalam kunjungan itu, Zulkifli menerima sejumlah keluhan dari pedagang terkait penjualan via online.
Para pedagang di Pasar Tanah Abang merasa pedagang via online membuat pendapatan mereka menurun.
Bahkan, salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang hanya mampu menjual tiga baju dalam satu pekan.
Baca juga: Ragam Curhat Pedagang Tanah Abang: Dari Momok Barang Impor hingga Malu Terima Gaji
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Zulkifli tiba di pintu timur Blok A Pasar Tanah Abang sekitar pukul 11.45 WIB.
Di dalam area pusat perbelanjaan itu, ia bertanya apakah pengunjung Pasar Tanah Abang sekadar berjalan-jalan atau berbelanja.
"Belanja apa jalan-jalan?" tanya Zulfkili.
"Belanja, Pak," jawab sejumlah pengunjung sembari mengabadikan kedatangan Mendag.
Zulkifli lantas mengunjungi salah satu kios penjual baju di lantai dasar Pasar Tanah Abang.
Tak terdengar jelas perbincangan antara Zulkifli dengan penjual baju tersebut.
Akan tetapi, Zulkifli menyempatkan diri untuk membeli sejumlah baju di kios itu. Ia menghabiskan uang ratusan ribu rupiah di sana.
Lalu, Zulkifli mengunjungi kios penjual baju yang lain. Penjual baju bernama Diah itu mengakui bahwa kondisi Pasar Tanah Abang semakin sepi belakangan ini.
"Iya, Pak, ini toko-toko sudah mulai sepi. Kalau ada pengunjung, itu cuma jalan-jalan aja, jarang yang beli," curhat Diah kepada Zulkifli.
Baca juga: Bertemu Pedagang Tanah Abang, Mendag Sebut Penjual Online Kerap Terapkan Predatory Pricing
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini kemudian membeli 10 baju di toko Diah. Totalnya mencapai Rp 600.000.
"Terima kasih ya, Pak," kata Diah usai Zulkifli memborong belanjaan di toko tersebut.
Zulkifli kemudian berbincang-bincang dengan sejumlah pedagang lain di lantai yang sama. Mereka berbincang seputar kondisi Tanah Abang yang semakin sepi.
Zulkifli lalu memberikan semangat kepada para pedagang. Ia meyakini, setelah TikTok Shop ditutup, kondisi Pasar Tanah Abang akan kembali ramai pembeli.
"Setelah ini akan ramai lagi," kata Zulkifli kepada sejumlah pedagang di lantai dasar.
Baca juga: Hanya Jual 3 Baju Sepekan, Pedagang Pasar Tanah Abang: Saya Malu Terima Gaji...
Ia lalu mengunjungi salah satu kios penjual batik. Di kios itu, Zulkifli membeli 10 batik laki-laki. Total, Zulkifli menghabiskan sekitar Rp 500.000 di kios penjual batik tersebut.
"Ini (batik yang dibeli) bagikan saja ke orang-orang," kata Zulkifli kepada pedagang batik tersebut.
Masih di lantai yang sama, Zulkifli membeli sejumlah bando dari kios aksesori. Bando ini dibagikan kepada jurnalis wanita serta rombongan pejabat yang mengikuti Zulkifli.
Dari lantai dasar, Zulkifli mengunjungi lantai 3. Ia membeli sejumlah tas dari salah satu kios yang terletak tepat di depan lift lantai tiga.
Zulkifli juga tak mengambil barang-barang itu. Namun, ia membagikan tas itu kepada sejumlah wartawan yang mengikutinya.
Zulkifli kembali mengunjungi toko aksesori di lantai tiga dan menghabiskan uang sekitar Rp 500.000.
Dalam waktu kurang dari dua jam di Pasar Tanah Abang, Zulkifli menghabiskan jutaan rupiah untuk berbelanja.
Kepada Zulkifli, seorang penjaga kios baju di Pasar Tanah Abang bernama Icha mengaku merasa malu ketika menerima gaji.
Sebab, Icha hanya bisa menjual tiga helai baju dalam sepekan.
"Setelah Lebaran Haji, itu benar-benar down parah, Pak. Bisa dikatakan, (dalam) seminggu, saya pernah laris tiga potong," ungkap Icha.
"Seminggu (menjual) tiga (baju) saja?" tanya Zulkifli.
"Pernah. Saya menerima gaji pun malu, Pak, karena saya sebagai karyawan," jawab Icha.
Baca juga: Curhat Pedagang Tanah Abang ke Mendag Zulhas: Kami Kalah Saing dengan Barang Impor
Icha mengaku, penjualannya yang sedikit tidak sebanding dengan usahanya ketika berjualan.
Setiap harinya, ia harus berteriak untuk mendapatkan perhatian pengunjung Pasar Tanah Abang.
Tak hanya itu, Icha juga pernah berjualan melalui akun TikTok. Namun, penontonnya hanya sedikit.
"Padahal, kami sudah teriak-teriak sampai suara saya habis. Kadang, kami live enggak ada yang checkout," tutur Icha.
Mendengar keluhan Icha, Zulkifli menegaskan, pemerintah pusat hanya mengizinkan media sosial sebagai alat promosi. Media sosial tak diperkenankan untuk berjualan.
"Kalau dia mau menjadi social commerce, harus ada izin. Nah, social media itu dia enggak boleh jualan. Hanya iklan saja seperti TV, TV kan iklan saja, promosi," kata Zulkifli.
Pedagang lain, Dasya, turut mengaku kepada Zulkfli bahwa pendapatannya berkurang drastis pada 2023.
"Tahun ini tuh benar-benar tahun yang drastis banget, turun banget tahun ini. Puncaknya (penurunan) bulan ini," ungkap Dasya kepada Zulkifli.
Baca juga: Keliling Pasar Tanah Abang, Mendag Zulhas Dengar Curhatan Pedagang
Mendag lantas bertanya apakah penurunan pendapatan itu disebabkan keberadaan pedagang yang berjualan via online.
"Apakah karena kalah saing sama online?" tanya Zulkifli kepada Dasya.
"Iya, benar-benar kerasa kalah saing banget sama online sih," Dasya menjawab.
Dasya menyebutkan, barang yang dijual via online cenderung lebih murah dan didatangkan dari luar negeri. Karena itu, dagangan yang dijual di Pasar Tanah Abang tidak laku.
"Harganya juga kan kalo online itu langsung dari sana ya (diimpor). Jadi bisa jual harga murah (via online)," ungkap Dasya.
Zukifli turut menyebutkan, penjual barang via online kerap menerapkan skema penjualan bernama predatory pricing.
Penjaga toko bernama Icha awalnya mengaku kalah saing dengan pedagang yang berjualan via online.
Zulkifli lalu bertanya apakah barang yang dijual Icha seharga Rp 95.000 sama persis dengan barang yang dijual via online seharga Rp 50.000.
"Karena kamu (jual) Rp 95.000, dia (penjual via online) Rp 50.000, barangnya sama?" tanya Zulkifli kepada Icha.
"Iya, barangnya sama. Mungkin, kualitas beda," jawab Icha.
Baca juga: Mendag Zulhas Borong Pakaian hingga Jutaan Rupiah di Pasar Tanah Abang, lalu Dibagikan
Zulkifli menyebutkan, perbedaan harga itu terjadi karena pedagang via online menerapkan predatory pricing, yakni menjual barang dengan harga jauh lebih murah dari harga beli.
Hal ini dilakukan agar pembeli tidak milirik jualan para pedagang di pasar atau toko fisik.
"Kalau predatory pricing, itu yang kuat, dia (pedagang via online) bisa jual murah dulu. Orang (pedagang toko fisik) 'mati', nanti dia (pedagang via online) naikin lagi harganya. Nah ini yang terjadi. Barang Rp 95.000, yang dijual Rp 50.000," papar Zulkifli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.