JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah tak lagi tren seperti pada 2015 lalu, batu akik masih banyak peminatnya. Hal ini terlihat dari masih menggeliatnya pedagang batu di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur.
Pada Minggu (15/10/2023) siang, aktivitas jual-beli batu akik serta permata di pasar yang dikenal Jakarta Gems Center ini masih berlangsung.
Selain itu tidak sedikit juga para pedagang batu akik di Pasar Rawa Bening tampak sedang mengemas barang pesanan untuk dikirim kepada pembelinya melalui jasa ekspedisi.
Tumpukan kotak-kotak kecil itu berada di atas etalase toko batu akik Benkgamestore milik Chaerullah. Toko ini sebagai spesialis batu kecubung amatis.
"Kalau yang ramai waktu itu, itu bonus lah bagi kita. Kalau saat ini kondisi pengunjung pasar normal. Dibilang (pengunjung) sekarang sepi tidak juga, saya pernah jual 12 batu sehari," ujar Chaerullah saat berbincang dengan Kompas.com.
Baca juga: Kemilau Batu Akik di Pasar Rawa Bening yang Masih Memesona
Sejumlah batu akik kecubung amatis terpajang di etalase toko Chaerullah. Batu diletakkan di penampang yang berputar dan terus berkilau tersorot lampu.
Ukuran batu akik berwarna ungu itu beragam, mulai dari yang kecil hingga besar. Harganya menentukan ukuran batu hingga tiga faktor lainnya, yakni warna, potongan, dan kejernihan.
"Saya jual Rp 2,5 juta sampai yang paling mahal dan barangnya ready saat ini Rp 9 juta. Untuk harga itu sesuai kondisi. Kalau memenuhi unsur 4C (cut, color, clarity, dan carat) mahal," kata Chaerullah.
Sembari menyandarkan punggungnya di kursi, Chaerullah pun bercerita mengapa ia memilih berbisnis batu akik kecubung amatis. Kata dia, ini bermula karena selera atau kesukaannya.
Berangkat dari kesukaannya, pria berperawakan tinggi ini mengikuti pelatihan dasar gemologi untuk memahami batu kecubung amatis pada 2017 lalu.
Baca juga: Gang Dolly Kini Jadi Sentra Batu Akik
"Saya 2012 main batu jenis anggur, lalu 2016 upgrade ke permata. Baru 2017 saya main batu kecubung. Kalau kenapa saya milih kecubung? Setiap orang berbeda selera. kebetulan saya senang di kecubung," kata Chaerullah.
Pengalaman mempelajari kecubung membuat Chaerullah dipercaya untuk menjadi Ketua Asosiasi Kecubung Amethyst Indonesia (AKAMI) oleh teman-teman pencinta batu akik.
Ia juga telah memiliki pelanggan tetap, baik di Jakarta maupun daerah luar Ibu Kota, karena telah percaya kualitas dari batu cincin yang dijualnya.
Dengan demikian, Chaerullah pun tak merasa risau ketika banyak orang menyebut batu akik tak lagi booming seperti 2015 atau delapan tahun lalu.
Baca juga: Kolektor Ini Hiasi Sekujur Tubuhnya dengan Batu Akik
"Saya kalau di Rawa Bening ini 2016, setelah booming. Booming itu kan 2013 sampai 2015. Logikanya kalau sepi atau mati, mungkin tidak saya mau nyewa toko di sini? Tapi saya lihat prospeknya bagus kok, memang saya hobi juga," kata Chaerullah.
Bahkan, keberadaan pedagang online di media sosial, Tiktok pun tak memengaruhi penjualan atau jumlah pengunjung yang datang ke Pasar Rawa Bening.
Sebab, berbisnis batu akik disebut olehnya tidak seperti berdagang barang lain yang hanya dapat dilihat dari jarak jauh.
"Kalau datang langsung kan banyak pilihannya. Jadi TikTok atau apapun itu tidak mempengaruhi. stabil kok penjualan. tidak ada masalah. ini kan sebenarnya termasuk rameh itu dalam artian bukan membeludak kayak pasar lain, bukan. memang stabilnya Rawa Bening itu ya seperti ini," kata Chaerullah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.