JAKARTA, KOMPAS.com - Cipto Yuda (47), salah satu pengemudi ojek online (ojol), mengeluhkan soal sepinya order beberapa waktu terakhir ini.
Menurut Cipto, setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab sepinya order yang berdampak terhadap pendapat pengemudi ojol.
Salah satunya adalah semakin banyaknya orang yang mendaftar dan diterima sebagai pengemudi ojol.
"Regulasi penerimaan ojol enggak ada batasnya, unlimited, dia enggak ada kuota. (Seharusnya) misalnya Jakarta Utara kuotanya sekian. Nah ini enggak ada penetapan kuotanya," kata Cipto saat ditemui Kompas.com di Jalan Metro Kencana Raya, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (25/10/2023).
Baca juga: Rela Lepas Pekerjaan pada 2018, Driver Ojol: Sekarang Malah Nyungsep
Cipto menduga, perusahaan atau aplikator ojol memang sengaja menerima driver sebanyak-banyaknya karena hal itu tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan.
Status driver ojol sebagai mitra membuat perusahaan tak harus mengeluarkan uang untuk membayar gaji.
Perusahaan justru diuntungkan dengan semakin banyaknya orang yang mendaftar sebagai ojol.
"Ya sudah, semaunya mereka (perusahaan). Makin banyak driver, ya keuntungan kan buat mereka," tutur Cipto melanjutkan.
Baca juga: Soal Wacana Pungutan Pajak, Driver Ojol: Bukannya Bantu, Malah Bebani Rakyat
Dengan tidak adanya penetapan kuota ini, Cipto menyebut tidak sedikit pekerja kantoran di Jakarta Utara menyambi jadi pengemudi ojol.
"Ya terkadang mereka selepas kerja, sambi jadi driver online. Carinya yang searah pulang atau gimana gitu," ucap Cipto.
Cipto mengungkapkan bahwa penyebab lain terjadinya penurunan order ini karena munculnya saingan baru sesama ojol dari perusahaan lain.
"Sekarang, kayak Maxim, In Driver, harganya kan di bawah, lebih murah. Mereka cenderung lari ke situ," kata Cipto.
Selain itu, Cipto juga merasa tersaingi karena kehadiran angkot JakLingko gratis.
"Ya regulasi pemerintahannya, regulasi sekarang, ya kita saingan satu, JakLingko. Oke JakLingko gratis, sedangkan masyarakat yang mampu juga pakai JakLingko. Mereka kan enggak bayar. Untuk jarak-jarak dekat, sudah pasti hilang," ungkap Cipto.
Baca juga: Curhat Driver Ojol, Sepi Orderan karena Tersaingi Angkot JakLingko Gratis
Tidak ingin omong kosong, Cipto menunjukkan hasil pekerjaannya selama dua pekan terakhir ini.
Dalam periode waktu tersebut, ayah dua anak itu paling banyak menyelesaikan sebanyak 7 order pada 13 Oktober 2023 dengan pendapatan kotor Rp 138.400.
Masih dalam periode waktu tersebut, Cipto rata-rata menyelesaikan pekerjaan dalam satu hari, yakni 3 order sampai 5 order saja.
Bahkan, ada beberapa hari dia hanya menyelesaikan 1 order saja.
"(Sekarang untuk 10 orderan dalam 1 hari) susah banget. Nih kalau pengin lihat. Paling mentok 7 atau 8 orderan," ujar Cipto sambil menggaruk kepala dan tertawa.
Sejak 2018 menjadi pengemudi ojek online, Cipto merasa kondisi sekarang yang terparah.
Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa pekerjaan driver ojek online bukan lagi profesi yang menjanjikan.
“Sudah enggak menjanjikan. Dulu mah dapatkan Rp 500.000 sehari, merem. Karena saking banyaknya orderan dan bonus-bonus. Sekarang buat dapat bonus saja sulit, orderannya saja enggak ada,” imbuh Cipto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.