Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Apung yang Terselip di Balik Kemegahan Ibu Kota

Kompas.com - 30/10/2023, 19:27 WIB
Zintan Prihatini,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik megahnya Ibu Kota, berdiri permukiman yang dikenal dengan sebutan Kampung Apung di Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.

Meski berada di atas lahan pemakaman yang terendam air, permukiman ini masih eksis sejak berdiri puluhan tahun silam.

Saat berkunjung ke Kampung Apung pada Senin (30/10/2023), Kompas.com ditemani semilir angin dan aroma amis bercampur semerbak bau sampah.

Namun, perjalanan menuju kampung tersebut tak begitu sulit. Sebab, hanya ada satu akses menuju Kampung Apung, yakni melewati gang sempit kemudian jalan setapak.

Jalanannya tak dilengkapi beton ataupun besi pembatas. Sehingga bila tak hati-hati, pengendara dan pejalan kaki bisa tercebur kapan saja.

Baca juga: Sepenggal Kisah Siti Robiah, Puluhan Tahun Hidup di Kampung Apung Cengkareng

Seperti perkampungan pada umumnya, para warga beraktivitas dengan normal. Beberapa dari mereka tampak santai di depan teras rumah sambil memantau anak-anaknya yang tengah bermain.

Memasuki area lebih dalam, terlihat tanaman eceng gondok dan sampah yang mengapung di atas sisa-sisa air yang merendam Kampung Apung. Ada pula warga yang asyik memancing ikan di air berwarna kehijauan.

Adapun rumah-rumah yang ditempati warga dibangun seadanya. Beralaskan tripleks dan kayu, rumah semipermanen ini menjadi tempat berteduh puluhan warga.

Di sisi lain, sejumlah bangunan di antaranya dibangun permanen.

Menurut warga bernama Siti Robiah (60), Kampung Apung sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Air yang merendam kawasan tersebut mulanya berasal dari banjir yang tak bisa mengalir ke sungai karena aliran ditutup untuk pembangunan pabrik.

"Air dari mana-mana masuk ke sini, engak bisa keluar. Kalau dulu, masuk bisa keluar bebas ke sana belum ada pabrik," kata Siti ditemui di kediamannya.

Baca juga: Kampung Apung Muara Baru, Wajah Warga Miskin Ekstrem di Jakarta...

"Iya musim hujan kerendam, ini juga masuk ke rumah kalau air meluap," imbuh dia.

Lantaran air masuk ke rumahnya, dia harus memutar otak dengan menggunakan kasur tingkat. Dengan begitu, Siti dan keluarganya bisa tidur meski banjir melanda permukiman.

"Kami mencuci saja di situ. Airnya bening, tetapi buat masak biasanya beli dua jeriken Rp 6.000. Untuk mandi dari Sanyo (mesin pompa air), tancap bor," ucap dia.

Adapun Siti harus membayar uang sewa Rp 300.000 per bulan untuk bisa menempati rumah di sana. Dia juga harus membayar listrik Rp 200.000 per bulan.

Baca juga: BERITA FOTO: Sisi Lain Jakarta, Melihat Potret Kehidupan di Kampung Apung, Muara Baru...

"Soalnya suami saya kerjanya dekat di bengkel yang seberang. Cucu saya juga betah di sini. Mau pindah-pindah juga sayanya enggak mau," papar Siti.

Musim kemarau panjang saat ini, membuat air di Kampung Apung surut. Dia menyebut, kondisi itu telah terjadi sejak sekitar tiga bulan lalu.

Ketinggian air hanya beberapa sentimeter saja. Alhasil, makam yang berada di dasar air pun bisa terlihat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com