JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi (Kasi) Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama memastikan bahwa pasien yang terkonfirmasi monkeypox atau cacar monyet tak disarankan isolasi mandiri.
Menurut Ngabila, pasien cacar monyet harus diisolasi di rumah sakit yang memiliki kelengkapan alat dan tenaga kesehatan yang memantau.
"Diusahakan isolasi di rumah sakit langsung," ujar Ngabila saat dihubungi pada Senin (13/11/2023).
Baca juga: 29 Pria Warga DKI Cacar Monyet, Dinkes Sebut dari Kelompok Berisiko Tinggi
Ngabila menambahkan, pemerintah tak menanggung biaya langsung bagi pasien monkeypox atau cacar monyet yang diisolasi di rumah sakit.
Namun, pasien bersangkutan dapat diisolasi di rumah sakit dengan menggunakan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) atau asuransi lain.
"RS dengan BPJS atau pribadi atau juga dengan asuransi swasta," kata Ngabila.
Ngabila mengatakan, penularan monkeypox disebabkan pasien yang diduga memiliki kelainan orientasi seksual.
Baca juga: 34 Kasus Positif Cacar Monyet di Jakarta, Semuanya Tertular lewat Kontak Seksual
"Kelompok risiko tinggi, lelaki suka lelaki (LSL). Ini masih mengenai satu kelompok sejauh ini di Jakarta. Dengan komorbid mayoritas HIV positif ada yang infeksi menular seksual lain. Ini masih pada satu populasi rentan," kata Ngabila.
Saat ini, 29 pasien terkonfirmasi cacar monyet di Jakarta telah diisolasi di sejumlah rumah sakit berbeda.
Menurut Ngabila, sejumlah orang yang terpapar cacar monyet itu disarankan untuk tidak isolasi mandiri di rumah.
"Diusahakan isolasi di rumah sakit langsung. Ini di rumah sakit dengan BPJS atau pribadi atau asuransi swasta," ucap Ngabila.
Baca juga: Dinkes DKI: Masa Inkubasi Cacar Monyet Cukup Panjang, Bisa 3-21 Hari
Ngabila mengatakan, masa inkubasi cacar monyet dari tertular hingga muncul gejala penyakitnya cukup panjang.
Menurut Ngabila, masa inkubasi dari penyakit monkeypox dari tiga hingga 21 hari.
"Masa inkubasi cukup panjang dari tertular sampai muncul gejala bisa tiga hingga 21 hari, tersering 6 sampai dengan 10 hari," ujar Ngabila.
Ngabila menegaskan, penularan cacar monyet bisa melalui droplet berupa liur, dahak yang mengkontaminasi tangan, kontak kulit, kontak luka, cairan tubuh, dan kontak seksual.
"Masyarakat jangan panik, akan tetapi perlu waspada. Lakukan beberapa cara mencegah sakit dan mencegah kematian," kata Ngabila.
Ia menyebut ada lima cara pencegahan cacar monyet yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Berikut caranya :
1. Menjaga kebersihan diri dengan rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit.
2. Hindari kontak fisik dengan orang yang sedang sakit demam, bergejala kemerahan jerawat, luka, lenting isi air di kulitnya.
3. Berhubungan seksual yang aman, bersih, sehat dengan menggunakan kondom. Jangan berhubungan seksual jika pasangan sakit apalagi ada luka pada area kemaluan atau sedang mengalami infeksi menular seksual lainnya.
4. Hindari kontak wajah dengan wajah, mulut, kulit, dan barang sehari-hari yang dipakai penderita, beberapa di antaranya alat mandi dan alat tidur.
5. Melakukan vaksinasi monkeypox yang sudah ada di Indonesia dengan jumlah terbatas dan diperuntukkan untuk kelompok berisiko tinggi.
Ngabila mengatakan, masyarakat jika menemukan gejala cacar monyet berupa demam, lenting isi air, dan luka pada kulit terlebih disertai benjolan segera datang ke fasilitas kesehatan.
"Untuk kontak erat dari kasus positif juga dilakukan pemeriksaan lab segera untuk deteksi dan pengobatan dini," kata Ngabila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.