"Anggarannya dari DID ya, dari APBN, Dana Insentif Daerah tahun 2023, biaya per anaknya Rp 18.000 per balita per hari," kata Mary.
Mary menjelaskan, anggaran Rp 18.000 per balita bukan hanya untuk makanan, tetapi untuk keseluruhan barang yang dibelanjakan, itu termasuk biaya untuk kemasan, transportasi, hingga biaya admin aplikasi.
"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Rp 18.000 ini all in ya, yang sampai ke rumah masing-masing sasaran. Ada biaya pajak, administrasi di aplikasi, transportasi, kemudian kemasan dan lain sebagainya," kata Mary.
Baca juga: Orang Stunting Disebut Berpenghasilan Lebih Rendah 20 Persen dari Orang Normal
Misalnya, untuk menu tahu kukus, menurut Mary, tidak hanya tahu yang disajikan.
Tahu itu sudah dicampur daging ikan dan ayam sesuai takaran kebutuhan protein balita.
"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya nanti kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Ya tahu goreng bulat dimasak dadakan? Enggak," kata dia.
Untuk kemasan makanan, wadah yang digunakan bukan untuk sekali pakai, melainkan bisa dipakai berulang kali.
Mary mengatakan, harganya tentu lebih mahal dibanding memakai wadah sekali pakai dengan potensi penumpukan sampah.
"Untuk kudapan (PMT) kita tidak ingin Kota Depok menambah jumlah sampah, jadi kita pastikan jangan pakai wadah sekali pakai. Nanti timbunan sampah Kota Depok 9.882 sampah setiap harinya, mau seperti apa?" kata dia.
"Jadi mereka harus menyediakan dua wadah. Satu buat dipakai, kemudian besoknya pakai wadah yang baru, wadah lama dicuci ya. Jadi tidak menimbulkan sampah," imbuh dia.
Kemudian, setiap tujuh hari sekali, balita akan diberi paket makanan lengkap yang bukan hanya kudapan sebagaimana tahu kukus dan bola-bola kentang.
Baca juga: Heru Budi Sebut Kasus Stunting di Jakarta Kini 5,4 Persen
Dengan begitu, dibutuhkan wadah yang lebih besar lagi.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Mary luput dari perhatian masyarakat hingga mereka membandingkan harga menu PMT dengan anggaran Rp 18.000 tersebut.
"Nanti kalau beli lagi suruh pakai lagi, sudah berapa biayanya kotak begitu, nanti enggak cukup Rp 18.000 untuk bikin makanan lokal. Hal-hal ini yang kadang bikin kita lupa, lihatnya cuma dua tahu Rp 18.000," ujar dia.
(Tim Redaksi: Wasti Samaria Simangunsong, Nursita Sari, Jessi Carina, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.