JAKARTA, KOMPAS.com - Demi efisiensi waktu, para pengendara di Ibu Kota nekat melawan arah. Sulitnya menemukan u-turn atau putaran balik, menjadi salah satu alasan mereka memilih melanggar lalu lintas.
Dimas (28), misalnya, mengaku sering kali melawan arah lantaran jarak u-turn di jalanan Jakarta terlampau jauh.
"Ada alasannya, karena jalanan di Jakarta jaraknya agak jauh putaran baliknya. Untuk memangkas waktu, jadi butuh jalur lain, salah satunya lawan arus," ujar Dimas saat ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (15/11/2023).
Baca juga: Dalam Satu Jam, 144 Pengendara Motor Lawan Arah di Simpang Stasiun Cikini
Ia kerap melanggar lalu lintas di flyover Slipi. Alasannya, kata Dimas, untuk memangkas waktu perjalanan.
"Alasannya untuk efisiensi waktu. Selain lawan arus, saya pernah palsuin pelat nomor," ungkap dia.
Hal senada diungkapkan Nina (29), yang sehari-hari bekerja di Jakarta Timur. Padatnya jalanan dan diburu-buru waktu, membuat dia nekat melawan arus bahkan menerobos lampu merah.
"Saya pernah lawan arus, putar balik bukan di tempat seharusnya, terobos lampu merah juga. Pernah juga langgar lalu lintas di jalur yang seharusnya enggak boleh dilalui motor," kata Nina.
Baca juga: Ada Polisi, Pengendara Tuntun Motornya di Trotoar Saat Lawan Arah di Dekat Stasiun Pasar Minggu
Ketika berangkat kerja, mau tak mau dia putar arah di tempat yang tidak seharusnya. Alhasil, Nina harus ekstra hati-hati dengan kendaraan lain.
"Saya juga kalau melanggar di tempat yang memang enggak ada polisi atau lagi enggak dijaga makanya berani. Kalau dilihat ada polisinya, ya tetap tertib dan putar balik di u-turn," ucap Nina.
Sementara itu, pengendara lain bernama Ramadhan (27) mengakui banyak pelanggaran lalu lintas yang pernah dilakukannya. Termasuk melawan arah.
"Lawan arus sering, terobos lampu merah pernah tetapi jarang banget," jelas dia.
Selain itu, Ramadhan juga pernah terkena tilang karena melintasi di busway atau jalur bus Transjakarta. Di tengah kemacetan Ibu Kota, ia memilih masuk busway hingga akhirnya kena tilang polisi.
"Karena saya buru-buru, saya terobos jalur Transjakarta. Setelah diterobos, di ujung di persimpangan pas mau putar balik ternyata ada polisi," papar Ramadhan.
"Saya disetopin, karena saya menyadari saya salah ya sudah saya diam saja. Enggak ada negosiasi," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.