Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diprotes, Dinkes Depok Lepas Stiker Berwajah Wali Kota Idris di Wadah Makanan Pencegah Stunting

Kompas.com - 16/11/2023, 17:23 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati mengakui, banyak pihak yang mengkritik penggunaan stiker bergambar Wali Kota Depok Mohammad Idris dan wakilnya, Imam Budi Hartono, pada tutup wadah makanan pencegah stunting.

Karena itu, Dinkes telah meminta vendor penyedia makanan dalam program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk melepas stiker tersebut.

"Kemarin ketika banyak protes, kami sudah sampaikan pada vendor, tolong lepas stikernya," kata Mary saat ditemui di Balai Kota Depok, Kamis (16/11/2023).

Baca juga: Hari Ketujuh, Menu Pencegahan Stunting di Cilodong Dapat Paket Makanan Lengkap

Adapun stiker tersebut menampilkan potret Idris dan Imam yang tersenyum. Di bawahnya terdapat tulisan "Bocah Depok Kudu Sehat. Prestasi Hebat, Stunting Minggat".

Mary berujar, penggunaan stiker tersebut sebenarnya tidak memiliki tujuan khusus.

"Ini kan program Pemkot. Kami sebenarnya tidak punya tendensi apa-apa. Itu Wali Kota kami," ujar dia.

Pemkot Depok awalnya menggunakan stiker bergambar Idris-Imam untuk menunjukkan bahwa pemberian makanan pencegah stunting itu adalah program Pemerintah Kota Depok.

"Ini program Pemkot yang memang serentak untuk seluruh kecamatan. Ya sudah, (stiker) sebagai tanda saja bahwa ini program Pemkot Depok," tutur Mary.

Baca juga: Geram, Komisi D DPRD Panggil Semua Pihak Terkait Menu Pencegah Stunting di Depok

Namun, karena menerima banyak kritik dan masukan terkait stiker tersebut, Dinkes meminta vendor melepas stiker dari tutup wadah makanan tersebut.

"Mungkin sebagian sudah ada yang melepas stikernya, sebagian belum karena riweuh, tapi kami sudah sampaikan melalui puskesmas (untuk melepas stikernya)," ujar Mary.

Adapun menu pencegah stunting di Depok menjadi sorotan. Dalam foto-foto yang beredar di media sosial, menu makanan tersebut hanya nasi, kuah sup, tahu, dan sawi.

Ada pula wadah makanan yang hanya berisi nuget.

Dinkes mengakui adanya kekeliruan dalam pemberian makanan itu. Dinkes menyebut kader posyandu yang mendistribusikan makanan tambahan itu tidak mendapatkan sosialisasi dengan baik.

Dinkes pun mengevaluasi pemberian makanan tambahan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com