Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahu Kukus dan Otak-otak Jadi Menu Cegah "Stunting" di Depok, Dokter Gizi: Makanan Harus Seimbang

Kompas.com - 17/11/2023, 07:53 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Dokter spesialis gizi Johanes Chandrawinata menyatakan bahwa menu makanan tambahan untuk mencegah stunting harusnya seimbang, baik karbohidrat, protein, maupun lemaknya.

"Pemberian makanan itu harus seimbang. Ada karbohidrat, lemak, dan protein. Stunting itu perlu makanan tinggi protein, tinggi kalori sehingga untuk anak-anak, yang tinggi kalori itu ya yang mudah mereka makan juga," kata dokter Johanes kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (17/11/2023).

Johanes turut menyorot menu pencegah stunting dalam program pemberian makanan tambahan (PMT) oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok ramai disorot.

Baca juga: Tak Masuk Akal, Menu Pencegahan Stunting di Depok Telan Rp 4,4 Miliar Hanya untuk Tahu-Sawi

Pasalnya, makanan yang disediakan berupa tahu kukus, bola-bola nasi, hingga nugget tempe, dianggap belum mampu memenuhi kecukupan gizi balita.

Kata dia, dibandingkan mengonsumsi makanan kukus, anak-anak cenderung menyukai olahan yang digoreng.

"Tahu dikukus, tahu mengandung protein, tapi kalau dikukus kalorinya tidak sebanyak kalau tahunya digoreng. Kalau anak-anak kan kurang kalori dan protein."

Baca juga: Diprotes, Dinkes Depok Lepas Stiker Berwajah Wali Kota Idris di Wadah Makanan Pencegah Stunting

Menurut Johanes, ada baiknya penyajian makanan juga dilakukan sesuai selera makan anak.

"Kalau tahunya digoreng, anak-anak suka dan juga ada bonus kalorinya lebih tinggi. Otak-otak pun sama, kalau hanya dikukus atau dibakar, tidak banyak kalorinya," ujar dia.

Terlebih, untuk balita, tidak mungkin mengonsumsi makanan dalam jumlah besar.

"Kalau anak-anak tidak mungkin mengonsumsi makanan dalam jumlah besar. Jadi jumlahnya itu terbatas karena kapasitas lambungnya juga kecil," tutur Johanes.

Maka, untuk "mengakali" asupan gizinya, bisa dengan cara pengolahan bahan makanan yang lebih digemari anak.

Baca juga: Hari Ketujuh, Menu Pencegahan Stunting di Cilodong Dapat Paket Makanan Lengkap

"Nah, untuk meningkatkan asupan, cara paling mudah tentunya dari minyak, dalam bentuk digoreng. Lagipula anak-anak di Indonesia itu lebih senang digoreng, lebih mudah mereka makan," lanjut dia.

Perihal anggaran Rp 18.000 untuk satu paket PMT per anak pun, kata Johanes sebenarnya tidak ada masalah. Sebab, ada sejumlah alternatif makanan berprotein tinggi yang harganya sangat terjangkau.

"Jadi memang keanekaragaman sumber protein dalam kondisi keterbatasan dana tentu kita bisa mengenalkan telur. Itu paling murah, telur dan tempe. Tempe dari tahu lebih bagus tempe, kandungan proteinnya lebih banyak. Kemudian ada juga pilihan daging ayam, ikan sungai, itu bisa dikonsumsi," kata Johanes.

Baca juga: Sederet Dalih Pemkot Depok Sajikan Tahu-Sawi untuk Menu Pencegah Stunting, Sebut Ada Biaya Lain dan Kekeliruan

Selain itu, menu PMT yang disajikan juga bisa lebih kreatif sesuai usia balita.

"Tapi anak di sini yang disebut stunting sudah 1,5 tahun ke atas, sudah bisa mengonsumsi makan seperti orang dewasa, jadi bukan hanya bubur. Bisa nasi goreng, mi goreng, kentang juga digoreng, nah itu kan menambah asupan kalori untuk anak-anak yang notabene kurus dan tinggi badannya kurang," ujar dia.

Jadi, selain memperhatikan takaran gizi, kata Johanes, baiknya sediakanlah makanan yang memang disukai oleh anak.

"Saya enggak bisa komentar karena enggak tahu resepnya. Tapi, anak-anak senangnya apa, ya itu saja yang disediakan supaya mereka mau makan dengan lahap sehingga masalah stunting-nya lebih teratasi," kata Johanes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelajar Paket B Tewas Dikeroyok di Kemang

Pelajar Paket B Tewas Dikeroyok di Kemang

Megapolitan
Camat Kembangan Tak Larang Spanduk Dukungan Pilkada jika Dipasang di Pekarangan Rumah

Camat Kembangan Tak Larang Spanduk Dukungan Pilkada jika Dipasang di Pekarangan Rumah

Megapolitan
Bandar Narkoba yang Sembunyikan Sabu di Jok Motor Ternyata Residivis

Bandar Narkoba yang Sembunyikan Sabu di Jok Motor Ternyata Residivis

Megapolitan
Cerita Pelamar Kerja di Gerai Ponsel Condet, Sudah Antre Panjang, tetapi Diserobot Orang

Cerita Pelamar Kerja di Gerai Ponsel Condet, Sudah Antre Panjang, tetapi Diserobot Orang

Megapolitan
Tak Sabar Menunggu Antrean Wawancara, Sejumlah Pelamar Kerja PS Store Condet Pilih Pulang

Tak Sabar Menunggu Antrean Wawancara, Sejumlah Pelamar Kerja PS Store Condet Pilih Pulang

Megapolitan
Polisi Bongkar Markas Judi “Online” yang Dikelola Satu Keluarga di Bogor

Polisi Bongkar Markas Judi “Online” yang Dikelola Satu Keluarga di Bogor

Megapolitan
Cegah DBD, Satpol PP DKI Minta Warga Aktif Lakukan PSN 3M Plus

Cegah DBD, Satpol PP DKI Minta Warga Aktif Lakukan PSN 3M Plus

Megapolitan
Sulit Dapat Kerja, Eks Karyawan Rumah Makan Banting Setir Jadi PKL di GBK

Sulit Dapat Kerja, Eks Karyawan Rumah Makan Banting Setir Jadi PKL di GBK

Megapolitan
Heru Budi Optimistis Ekonomi Jakarta Tetap Tumbuh lewat Berbagai Gelaran 'Event'

Heru Budi Optimistis Ekonomi Jakarta Tetap Tumbuh lewat Berbagai Gelaran "Event"

Megapolitan
Pemeriksaan Kesehatan Mental Ibu yang Cabuli Anak Kandungnya Rampung, tapi Belum Ada Kesimpulan

Pemeriksaan Kesehatan Mental Ibu yang Cabuli Anak Kandungnya Rampung, tapi Belum Ada Kesimpulan

Megapolitan
'Perjuangan Mencari Kerja Memang Sesusah Itu...'

"Perjuangan Mencari Kerja Memang Sesusah Itu..."

Megapolitan
Bandar Narkoba di Penjaringan Mengaku Dapat Sabu dari Matraman

Bandar Narkoba di Penjaringan Mengaku Dapat Sabu dari Matraman

Megapolitan
Polisi Selidiki Oknum Sekuriti Plaza Indonesia yang Pukuli Anjing Penjaga

Polisi Selidiki Oknum Sekuriti Plaza Indonesia yang Pukuli Anjing Penjaga

Megapolitan
Kasus Akseyna 9 Tahun Tanpa Perkembangan, Polisi Klaim Rutin Gelar Perkara

Kasus Akseyna 9 Tahun Tanpa Perkembangan, Polisi Klaim Rutin Gelar Perkara

Megapolitan
Polisi Sebut Benda Perdukunan Milik DS Tak Terkait Kasus Pembunuhan Bocah Dalam Galian Air di Bekasi

Polisi Sebut Benda Perdukunan Milik DS Tak Terkait Kasus Pembunuhan Bocah Dalam Galian Air di Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com