JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa sangka uang Rp 2.000 bisa berperan besar untuk membantu pertumbuhan puluhan anak stunting. Sejumlah elemen di Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat berhasil membuktikannya.
Semuanya bermula dari 41 kasus anak stunting di wilayah Bungur, Kecamatan Senen. Kondisi itu membuat Lurah Bungur A Z Rachman memutar otak.
Bersama Kasie Pemerintahan Bayu Bawana, tercetuslah ide program pemberian makan tambahan (PMT) untuk anak stunting dengan sistem patungan Rp 2.000 sehari.
“Kami berpikirnya sederhana. Kalau kumpulkan uang Rp 2.000 setiap hari dengan melibatkan elemen yang ada di kelurahan, saya pikir ini bisa (diterapkan)," kata Rachman saat ditemui di kantornya, Rabu (22/11/2023).
"Karena uang Rp 2.000 gampang (dicari), mungkin ada di kantongnya (misal) kucel dari kembalian,” imbuhnya.
Baca juga: Menu Tambahan Anak Stunting di Bungur: Sayur Sop Isi Telur Puyuh dan Daging serta Susu
Masih kata Rachman, jika setiap hari bergerak mengumpulkan Rp 2.000, hasilnya tidak akan sia-sia.
“Kalau kami setiap hari mengumpulkan Rp 2.000 dengan jumlah elemen yang ada di kelurahan Bungur ini, artinya dalam sehari bisa terkumpul Rp 300.000 dengan metode itu,” sambung dia.
Sejumlah percakapan non-formal melalui secangkir kopi itu menjadi diskusi yang lebih serius. Setelah mendapatkan kesepakatan dari seluruh elemen di kelurahan Bungur, barulah Rachman menggelar pertemuan formal.
“Dalam pertemuan itu, semua lembaga dan elemen yang ada sepakat bahwa Kelurahan Bungur mengadakan PODs. Dengan kekuatan uang Rp 2.000 bisa memperbaiki gizi anak untuk satu orang,” tutur Rachman.
Program itu kemudian diberi nama "Power of Rp 2.000-Stunting" atau "Power of 2.000" yang kemudian disingkat menjadi PODs.
Setelah berbagai diskusi panjang, para elemen sepakat untuk menjalankan program PODs selama 60 hari. Para peserta patungannya mulai dari Karang Taruna, RT/RW, Pemberdayaaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Aparatur Sipil Negara (ASN), dan tiga pilar.
Baca juga: Kelurahan Jatimulya Depok Dapat Penghargaan Bebas Stunting di Tengah Polemik Menu Makanan Tambahan
“Kami hitung sesuai kebutuhan anak-anak dari bayi usia enam bulan sampai balita lima tahun. Proteinnya berapa, karbohidratnya berapa, lemaknya–sudah kami hitung. Secara makro dan mikro mineralnya, terutama makro mineralnya. Jadi sesuai kebutuhan anak yang stunting itu,” kata ahli gizi Puskesmas Kelurahan Bungur Ririn Syafrini.
Menunya juga beragam. Tidak hanya olahan telur yang disebut tinggi protein, program PODs menyajikan berbagai olahan ayam, daging, udang, dan lainnya.
“Dimasaknya jadi berbagai hidangan. Enggak cuma semur atau sop, tapi juga (misal) dibikin omelette,” ujar Ririn.
Baca juga: Usul Pemberian Makanan Cegah Stunting Ditunda, Anggota DPRD Depok: Siapkan Dulu yang Benar!
Hari Senin sampai Jumat, kelurahan akan membagikan lauk berat dengan tambahan sekotak susu UHT. Sementara itu, menu untuk akhir pekan adalah kudapan berupa buah, biskuit, dan sebagainya.
Ririn mengaku senang karena bisa memberikan edukasi varian menu kepada orangtua dengan anak stunting. Sebab, ada orangtua yang belum paham jenis makanan bergizi yang bisa diberikan kepada anaknya.
Pemberian PMT PODs ini membuat orangtua belajar untuk bisa menduplikasi menu yang diberikan.
“Mereka (orangtua) curhat, senang banget dapat menu PODs ini karena dia bisa mencontoh. ‘Oh ternyata, anak saya suka lho sama sayur sop telur puyuh. Oh, ternyata omelette enggak cuma telur dadar, bisa dicampur bayam atau tahu,” imbuh dia.
Dalam evaluasi bulan pertama di Posyandu, PMT PODs terbukti berpengaruh hingga 80 persen anak stunting di Kelurahan Bungur.
“Setelah kami kalkulasi itu kenaikannya sebanyak 80 persen. Keberhasilannya 80 persen dengan status naik, tinggi badan ataupun berat badannya,” timpal Rachman.
“Ada yang tetap atau cenderung turun sebesar 20 persen, tapi itu karena ada permasalahan di kesehatan anak,” sambung dia.
Rachman berharap, program ini bisa terus berlanjut hingga tidak ada lagi anak di wilayahnya yang didiagnosis stunting.
Saat Kompas.com ikut pembagian PODs, Rabu, sejumlah ibu dari anak stunting juga mengatakan hal yang selaras. Mereka bersyukur atas bantuan makanan PMT PODs dari Kelurahan Bungur.
“Anak saya yang empat tahun dari 9 kilogram jadi 11,5 kilogram dalam waktu sebulan lebih,” kata Mariana (40) saat ditemui di Pos RW 01 Kelurahan Bungur.
Begitu juga dengan Kawen (38). Dia senang karena anaknya suka dan lahap makan hidangan PODs.
“Saya dapat arahan dan makanan tambahan anak-anak. Lalu, katanya anak-anak harus konsumsi telur, putih telur terutama. Kami juga jadi bisa belajar, ‘Oh, menunya seperti ini’” ujar Kawen kepada Kompas.com di Pos RW 04.