Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Ditutup, Kematian Anak Pamen TNI AU Tanpa Jejak Tindak Pidana

Kompas.com - 24/11/2023, 10:19 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidikan kasus CHR (16), anak perwira menengah TNI AU yang tewas terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, resmi berakhir.

Ia ditemukan tewas dengan luka bakar 91 persen dan enam luka tusuk di Pos Spion, Ujung Landasan 24, 24 September 2023.

Sejumlah fakta baru yang terungkap di akhir perjalanan kasus ini, sebagaimana dirangkum Kompas.com pada Jumat (24/11/2023).

Baca juga: Kasus Tewasnya Anak Pamen TNI AU di Lanud Halim Resmi Dihentikan

Tak ada DNA selain milik korban

Penyidik tidak menemukan DNA selain milik korban di TKP. Ini juga menunjukkan bahwa tidak ada orang lain di sana.

"Kami simpulkan bahwa tidak ada orang lain di TKP (tempat kejadian perkara). Kami menemukan DNA dari korban, tidak ada yang lain," ujar Kasubbid Biologi Serologi Forensik Puslabfor AKBP I Made Wiranatha saat konferensi pers, Kamis (23/11/2023).

Kesimpulan didapatkan setelah Puslabfor memeriksa TKP pada hari penemuan jasad CHR.

Saat itu, kondisi Pos Spion sepi karena sudah tidak digunakan lagi. Bahkan, pintunya rusak karena pos terbengkalai.

Kemudian, dalam olah TKP pada 26 September 2023, ada sejumlah barang bukti yang ditemukan. Salah satunya darah.

Belakangan, diketahui bahwa CHR menusuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum membakar tubuhnya.

"Ada barang bukti yang diambil, seperti usapan darah di TKP, kemudian sendal jepit dan pisau yang sudah tidak ada gagang karena terbakar," kata Wiranatha.

Sejumlah barang bukti tersebut kemudian diperiksa untuk mencari lagi jejak DNA.

"Di pintu, (kami) mengambil usapan, tidak ditemukan (DNA). Karena pos itu sudah lama tidak digunakan, jadi memang kami simpulkan tidak ada (DNA) selain DNA korban," tutur Wiranatha.

Baca juga: Tak Ada yang Mencurigakan di HP dan Akun Medsos Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Halim

Tusuk diri sendiri lalu bakar tubuhnya

Dokter spesialis forensik RS Polri Kramatjati dr. Arfiani Ika Kesumawati menuturkan, CHR menusuk tubuhnya sendiri kemudian membakar diri.

"Dari hasil pemeriksaan, kami dapat menyimpulkan, terpotongnya hati yang menyebabkan pendarahan hebat dan kondisi luka bakar, secara tersendiri atau bersamaan, menyebabkan kematian," ujar dia.

Tim kedokteran forensik melakukan pemeriksaan pada 25 September pukul 02.00 WIB.

Berdasarkan pemeriksaan, ditemukan bahwa CHR memiliki enam luka terbuka atau luka tusuk pada dada.

Dari enam luka tusuk, tiga di antaranya memotong iga, hati, dan lambung korban. Kemudian, ada darah dalam rongga dada dan organ dalam yang tampak pucat.

"Ditemukan adanya luka bakar seluas 91 persen akibat paparan api. Ditemukan pula kandungan karbon monoksida dalam darah, dan ada jelaga di batang tenggorokan," Arfiani berujar.

Ditemukannya jelaga di batang tenggorokan menunjukkan, CHR masih hidup saat terbakar.

Baca juga: Keputusasaan Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri, Ingin Akhiri Hidup sejak SMP karena Hadapi Banyak Tekanan

Hadapi banyak sumber stres

CHR disebut menghadapi banyak sumber stres atau stresor semasa hidupnya. Salah satunya adalah tuntutan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara intensif oleh Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), CHR juga mendapat tekanan untuk memahami berbagai pelajaran.

"Tuntutan akademik, keterpaparan dengan konflik yang dihadapi di lingkungan kehidupannya, dan kesulitan untuk menyalurkan emosi negatif, terutama frustrasi dan kemarahan secara adaptif," ujar dr Nael dari Apsifor.

Selain itu, Apsifor juga menemukan, CHR mengalami hambatan atau masalah dalam komunikasi dan interaksi sosial dalam berbagai konteks, baik verbal maupun nonverbal.

Kemudian, CHR juga memiliki pola perilaku, ketertarikan, dan aktivitas yang berulang.

"Karakteristik tersebut membuat korban memiliki pola pikir, persepsi, penghayatan, dan cara penyelesaian masalah yang berbeda dari remaja seusianya, terutama saat menghadapi tekanan dan stresor," tutur Nael.

Baca juga: Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Lanud Halim Hadapi Banyak Sumber Stres Semasa Hidup

Ingin bunuh diri sejak SMP

Barang bukti yang ditampilkan dalam konferensi pers terkait anak Pamen TNI AU bakar diri di Polres Metro Jakarta Timur, Kamis (23/11/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Barang bukti yang ditampilkan dalam konferensi pers terkait anak Pamen TNI AU bakar diri di Polres Metro Jakarta Timur, Kamis (23/11/2023).

Nael mengungkapkan, CHR ingin mengakhiri hidupnya sejak duduk di bangku SMP.

"Ada data yang konsisten tentang pikiran untuk mengakhiri hidup sejak SMP, serta ketertarikan ke hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan dan sadisme," ucap dia.

CHR ingin mengakhiri hidupnya sejak SMP karena sumber stres yang menumpuk.

Akumulasi stresor yang dihadapi korban berdampak pada kondisi psikologisnya.

Baca juga: Anak Pamen TNI AU yang Tewas Bunuh Diri di Halim Ingin Mengakhiri Hidupnya Sejak SMP

Tak ada yang mencurigakan di HP dan medsos

Penyidik Polres Metro Jakarta Timur menyatakan, tidak ada yang mencurigakan dalam gadget dan akun media sosial CHR.

"Hasil Cellebrite HP dan media sosial korban, tidak ada sesuatu yang mencurigakan," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Leonardus Simarmata.

Cellebrite adalah software yang digunakan para penegak hukum untuk meretas isi ponsel seseorang untuk mengusut sebuah kasus.

Sederhananya, Cellebrite akan memindai perangkat, lalu menyalin seluruh riwayat panggilan masuk dan keluar, SMS, maupun pesan dari aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, Telegram, dan Signal.

"Tidak ada sesuatu yang mencurigakan, hanya ada kontak dengan orangtua, teman, dan guru sekolah," kata Leonardus.

Sementara untuk aktivitas sehari-hari di dunia maya, CHR lebih sering menggunakan Roblox.

Roblox adalah multiplayer gaming experience yang dibuat untuk anak-anak dan remaja. Tak hanya game, di platform Roblox, pengguna juga memungkinkan membangun game sendiri.

Satu-satunya hal mencurigakan yang penyidik temukan adalah sebuah pesan di akun Roblox milik korban yang bertuliskan, 'Hi, if you see this, i'm probably already dead'.

Pesan itu pun sudah diungkap oleh penyidik dalam konferensi pers pada 27 September, dua hari setelah jasad CHR ditemukan.

Baca juga: Fakta Kasus Tewasnya Anak Pamen TNI AU: Korban Tusuk Diri Sendiri lalu Bakar Tubuhnya, Polisi Hentikan Penyelidikan

Tidak ditemukan tindak pidana

Dengan adanya fakta-fakta tersebut, penyidik Polres Metro Jakarta Timur menyimpulkan, tidak ditemukan dugaan tindak pidana dalam kasus tersebut.

"Berdasarkan gelar perkara, Rabu, 8 November 2023, laporan polisi LP/A/319/XXIII/SPKT/Polsek Makasar/Polres Metro Jakarta Timur/PMJ, tidak ditemukan adanya peristiwa pidana," ujar Leonardus.

Ia memang enggan berkata secara lugas saat ditegaskan kembali apakah artinya CHR meninggal karena bunuh diri.

Alasannya, penyidik mesti mengedepankan empati terhadap keluarga korban dan tugas penyidik hanya mengutarakan fakta penyidikan.

"Kami tidak ingin seseorang yang sudah menjadi korban, kemudian jadi korban lagi untuk yang kedua kalinya," ujar Leonardus.

Kesimpulan tidak adanya unsur pidana pada kasus meninggalnya CHR didasarkan penyelidikan menggunakan metode scientific crime investigation dan bekerja sama dengan antarprofesi atau yang populer disebut interkolaborasi.

Baca juga: Dokter Forensik: 3 Tusukan di Tubuh Anak Pamen TNI AU Sebabkan Luka Fatal

Kasus resmi dihentikan

Kasus tewasnya CHR di Pos Spion resmi dihentikan setelah berjalan selama dua bulan.

"Kami sampaikan, untuk kasus ini, kami akan menghentikan penyelidikan," ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur Kompol Gunarto.

Penyelidikan terhadap kasus yang tertera dalam laporan polisi LP/A/319/XXIII/SPKT/Polsek Makasar/Polres Metro Jakarta Timur/PMJ dihentikan karena tidak ada dugaan tindak pidana.

Meski demikian, penyidik tidak menampik kemungkinan kasus dibuka kembali jika ada sesuatu yang baru.

"Apabila ada yang baru, kami akan berkoordinasi lebih lanjut," tegas Gunarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com