Bagi Sumarsih, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengkhianati reformasi.
“Kenyataannya, Presiden Jokowi mengkhianati Reformasi 98, yang salah satu tuntutannya adalah berantas nepotisme. Justru, di penghujung pemerintahan Pak Jokowi, (dia) membangun politik dinasti,” ucap Sumarsih.
Padahal, kata Sumarsih, Jokowi pernah mengaku bahwa dia lahir dari reformasi.
Baca juga: 15 Tahun Aksi Kamisan: Harapan Itu Sebetulnya Sudah Sirna, Kami Berkali-kali Dibohongi
Di penghujung pemerintahan Jokowi yang tersisa beberapa bulan lagi, Sumarsih meminta agar Presiden RI menindaklanjuti pelanggaran HAM berat di masa lalu secara yudisial.
Di penghujung pemerintahan Jokowi yang tersisa beberapa bulan lagi, Sumarsih meminta agar Presiden RI menindaklanjuti pelanggaran HAM berat di masa lalu secara yudisial.
"Kami menolak penyelesaian secara non-yudisial. Nah, masih ada peluang bagi kami, keluarga korban, agar di penghujung pemerintahan Presiden Jokowi ini memberikan tugas kepada Jaksa Agung,” tutur Sumarsih.
“Yaitu pembentukan tim penyidik Ad Hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat,” lanjutnya.
Maria Katarina Sumarsih memastikan akan tetap memperjuangkan keadilan untuk anaknya, Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan.
Baca juga: 17 Tahun Aksi Kamisan Digelar di Seberang Istana Merdeka, Bertahan untuk Berjuang Cari Keadilan
Salah satu perjuangan Sumarsih yang sampai saat ini berlangsung adalah Aksi Kamisan. Katanya, gerakan tersebut akan terus ada sampai akhir hayatnya.
“Sepanjang Tuhan masih menganugerahi nyawa dan kesehatan, saya akan terus melakukan sesuatu,” kata Sumarsih
“Entah berupa apa saja, termasuk Aksi Kamisan untuk melanjutkan perjuangan Wawan dan kawan-kawan yang belum selesai. Iya (sampai akhir hayat),” ucapnya lagi.
Meski begitu, Sumarsih menegaskan Aksi Kamisan ini bukan hanya perihal Wawan, tetapi juga mereka yang menjadi korban atas kejahatan di masa lalu.
“Saya mencintai Wawan dan ketika saya mencintai Wawan, Wawan juga cinta saya. Tetapi, duka cita saya bertransformasi pada cinta terhadap sesama," ungkap Sumarsih.
Baca juga: Sumarsih: Sepanjang Tuhan Masih Menganugerahi Nyawa, Aksi Kamisan Tetap Ada
"Artinya, yang saya perjuangkan tidak hanya menuntut pertanggungjawaban bagi Wawan, tetapi juga yang lain,” ujar dia lagi.
Untuk diketahui, Wawan merupakan korban penembakan saat Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998.