Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo-Gibran Hampir Dipastikan Menang Pilpres, Diminta Tak Matikan Demokrasi dan Pulihkan KPK

Kompas.com - 15/02/2024, 17:15 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dalam hitung cepat suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dari beberapa lembaga survey.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Lili Romli, mengatakan hasil tersebut menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran hampir dipastikan menang pemilu dengan sekali putaran.

Untuk itu, Lili berharap kepada presiden dan wakil presiden terpilih bisa memperkuat demokrasi di Indonesia. Salah satunya, tidak perlu merangkul rival politiknya untuk masuk ke kekuasaan.

Ia berpandangan langkah Prabowo-Gibran yang akan merangkul seluruh elemen untuk duduk dalam kekuasaan itu bisa merusak demokrasi.

Baca juga: Anies-Ganjar Diyakini Tak Merapat ke Prabowo, Prinsip Anies dan Keteguhan Megawati Jadi Faktor Utama

"Lalu, KPK harus dikembalikan lagi kekuasaannya agar kembali independen," ucap Lili dalam Obrolan Newsroom bersama Kompas.com, Rabu (14/2/2024).

Di sisi lain, Lili juga berharap pemerintahan yang baru juga mengembalikan kebebasan masyarakat untuk memberikan kritik dan pendapat terhadap pemerintah.

"Karena indeks kebebasan kita selalu turun. Jadi teman-teman nanti media massa jangan sampai mengalami intimidasi dan tetap bersifat kritis," ucap Lili.

Selain itu, kata dia, jangan juga nanti para akademikus dan pengamat mendapat tekanan dalam berpendapat agar demokrasibetul-betul akan berkembang.

Untuk itu, Lili juga berpesan pada partai yang kalah dalam Pilpres 2024 ini tak tergoda bergabung dalam kekuasaan.

Baca juga: Guru Besar UI Yakin Megawati Tidak Akan Tergoda Masuk ke Kekuasaan meski Dikhianati Jokowi

Lili berharap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasdem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tetap konsisten berada luar kekuasaan.

"Yang bagian dari oposisi yang mengontrol jalannya pemerintahan. Kalau tidak dikontrol akan berbahaya," ucap Lili.

Terlebih, ungkap Lili, banyak proyek populis dari Prabowo-Gibran yang akan makan anggaran yang besar. Berdasarkan tren dunia, ucap Lili, kebijakan populis cenderung melemahkan demokrasi.

"Kalalu tidak ada kontrol, bisa akan terjadi penyelewengan, abuse of power, dan lain sebagainya," ungkap Lili.

Menurut Lili, pengalaman itu sudah terbukti pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode kedua ini.

Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul di Quick Count, Guru Besar UI: Bukan karena Gibran, Lebih Banyak Faktor Jokowi

Ketika Jokowi merangkul hampir seluruh kekuatan sekitar politik di parlemen hampir 80 persen, Lili menyebut kekuatan demokrasi Indonesia turun, anjlok, atau erosi.

"Saya kira jika Prabowo ingin merangkul itu, (lebih baik dalam arti positif untuk menjadi presiden untuk seluruh rakyat Indonesia (saja)," ucap Lili.

Sebagai informasi, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sementara unggul 58,52 persen hitung cepat (quick count) versi Litbang Kompas.

Data itu didapat dari hasil hitung cepat Litbang Kompas yang terekam Kamis (15/2/2024) pukul 16.36 WIB.

Sementara itu, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat 25,24 persen suara.

Baca juga: Prabowo-Gibran Sebut Bakal Rangkul Anies dan Ganjar, Guru Besar UI: Demokrasi Bisa Mati

Kemudian pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapatkan 16,24 persen suara.

Perolehan suara tersebut diperoleh dari data penghitungan yang masuk 95,50 persen, yang didapat dari total 2.000 TPS sampel.

Quick count Litbang Kompas dalam Pemilu 2024 menggunakan metodologi stratified random sampling dan memiliki margin of error sebesar 1 persen.

Quick count ini dibiayai secara mandiri oleh Harian Kompas.

Hasil quick count ini bukanlah hasil resmi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melakukan rekapitulasi suara secara berjenjang dari Kamis (15/2/ 2024) hingga Rabu (20/3/2024).

Penetapan hasil Pemilu dilakukan paling lambat tiga hari setelah memperoleh surat pemberitahuan atau putusan dari Mahkamah Konstitusi (MK).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com