Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pangan Naik, Pendapatan Pedagang Sayur Ini Malah Turun

Kompas.com - 02/03/2024, 16:50 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Lonjakan harga komoditas pangan rupanya tidak membawa angin segar bagi pedagang. Sebaliknya, pendapatan mereka malah tidak sebaik biasanya.

Hal itu dirasakan Amen (40), salah seorang pedagang sayur mayur di Pasar Kemiri Muka, Kota Depok. Sejak memasuki tahun 2024, pendapatannya perlahan menurun.

"Tahun lalu, pendapatan bersih itu bisa lebih dari Rp 200.000 per hari. Tapi, dua bulan terakhir, selalu enggak sampai segitu," ujar Amen saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (2/3/2024). 

Baca juga: Update Harga Pangan di Pasar Kemiri Depok, Cabai Merah Rp 70.000 Per Kg

Setidaknya, ada dua penyebab turunnya pendapatan yang dirasakan Amen.

Pertama, seringkali kualitas komoditas yang ia beli dari pasar induk tidak baik seluruhnya.

Sementara itu, pedagang di pasar induk mewajibkan konsumennya membeli komoditas per peti.

Otomatis, konsumen seperti Amen tidak dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang sudah hampir busuk. Amen harus memborongnya satu peti tersebut.

"Ya saya enggak salahin siapa-siapa sih. Tapi kalau warna cabai merah sudah menggelap begini, pembeli di sini (Pasar Kemiri Muka) enggak ada yang mau ambil, atau tomat bopeng, pasti saya buang," ujar Amen. 

Baca juga: Harga Beras Naik, Pedagang di Bekasi: Omzet Turun, Dagangnya Sudah Hancur Banget

Situasi seperti ini tentu merugikan dirinya sebagai pedagang kecil. Ia jadi tidak bisa menjual seluruh komoditas yang sudah dibelinya karena ada yang rusak sehingga keuntungan tidak optimal.

Kedua, turunnya pendapatan disebabkan oleh pembeli yang menekan biaya belanja sehari-hari. Ia menduga, pembeli melakukan hal itu karena harga komoditas pangan melonjak naik.

Beberapa komoditas sayur mayur yang harganya merangkak naik, antara lain aneka cabai, tomat, bawang merah, dan telur ayam.

"Misal, dulu orang beli cabai seperempat kilogram itu Rp 18.000. Sekarang, orang beli, misal Rp 10.000 saja. Itu pun dia minta dicampur dengan jenis cabai lain," tutur Amen. 

Baca juga: Harga Ubi Jalar Naik Jadi Rp 5.500 Per Kilogram di Magetan, Petani: Ini Termahal

Saat ditanya apa strategi untuk menghadapi penurunan pendapatan ini, Amen mengaku, tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak mungkin meningkatkan lagi harga sayur mayurnya karena takut ditinggal pelanggan.

"Sangat riskan bagi pedagang sayur untuk naikin harga terlalu tinggi. Takut mereka (pelanggan) pindah tempat belanja," ujar Amen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com