Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Gelombang Demonstrasi Kecurangan Pemilu, ke Mana Akan Bermuara?

Kompas.com - 03/03/2024, 08:07 WIB
Shinta Dwi Ayu,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang unjuk rasa terjadi di DKI Jakarta pascapemilu 2024.

Tuntutannya beragam. Massa memprotes dugaan kecurangan pemilu, mendukung hak angket di DPR RI, dan pemakzulan Presiden Joko Widodo.

Catatan pemberitaan Kompas.com, aksi unjuk rasa di Ibu Kota dimulai tidak sampai sepekan setelah pemungutan suara, tepatnya Senin (19/2/2024).

Massa yang mengatasnamakan diri Gerakan Keadilan Rakyat menggelar aksi unjuk rasa di lapangan Silang Monas, Gambir, Jakarta Pusat.

Mereka menyebut pelaksanaan pemilu diduga diwarnai kecurangan sehingga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus turun tangan mengusutnya.

"Harus bisa tidak ada tebang pilih. Bersikap netral dan tahu tugas pokok dan fungsinya," tuntut salah seorang koordinator aksi, Noviana Kurniati.

Baca juga: Sejumlah Tokoh Pendukung Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud Kumpul Bicara Dugaan Kecurangan Pemilu

Massa kemudian menggelar longmarch dari lapangan Silang Monas menuju Kantor Bawaslu, Jl. M.H Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat.

Pada Jumat (23/2/2024), massa kembali turun ke jalan.

Kali ini demonstran yang didominasi kaum ibu menyasar kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jl. Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.

Mereka melemparkan telur busuk dan tikus mati ke arah KPU.

Massa juga sempat membuka paksa barikade yang menghalangi mereka memasuki kantor KPU. Situasi sempat memanas hingga akhirnya berhasil diredam.

Baca juga: Relawan Anies Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR/MPR, Protes Dugaan Pemilu Curang

Tak hanya di Ibu Kota, aksi unjuk rasa memprotes dugaan kecurangan pemilu juga terjadi di sejumlah daerah.

Di antaranya di Bawaslu Sumatera Utara yang digelar relawan Anies-Muhaimin dan di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta yang digelar Aliansi Rakyat.

Hingga Jumat (1/3/2024), aksi unjuk rasa dengan tuntutan yang sama masih digelar.

Berujung pemakzulan Jokowi?

Peneliti Utama Pusat Riset Politik BRIN Lili Romli berpendapat, gelombang aksi unjuk rasa merupakan wujud konkret dari berbagai pernyataan sikap dan petisi yang selama ini disuarakan sejumlah elite.

"Tuntutan pemakzulan Presiden Jokowi sebelumnya kan sudah disuarakan. Kini turun melalui demonstrasi dengan tujuan mendapatkan dukungan publik sekaligus menekan DPR," ujar Lili.

Baca juga: Demo Tandingan di Gedung DPR, Ada Kelompok Massa Tolak Tuntutan Pemakzulan Jokowi

Tetapi, Lili tak yakin sasaran pengunjuk rasa dapat digapai. Sebab, pemakzulan presiden harus melalui serangkaian proses yang rumit di DPR.

Ia berpendapat, gelombang unjuk rasa ini hanya akan mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah, baik pemerintahan Joko Widodo atau presiden baru mendatang.

Apalagi, ditambah manuver politik ugal-ugalan pascapemilu yang dilancarkan para elite.

Publik semakin diyakini bahwa yang terjadi hanyalah transaksional.

"Jika demo tersebut mendapat dukungan luas dan masif, terjadi juga di pusat-pusat kota lainnya, baik di Jawa maupun luar Jawa, lambat laun bisa mengikis legitimasi pemerintah," ujar Lili.

"Minimal, tingkat kepercayaan terhadap pemerintah akan menurun," lanjut dia.

Baca juga: Era Jokowi Tak Ada Hak Angket, Jimly: 10 Tahun Kok DPR-nya Memble

Lili sekaligus khawatir bahwa gelombang unjuk rasa kali ini memakan korban sebagaimana terjadi pascapemilu 2019 silam.

Apabila terjadi demikian, situasi politik tentu akan goyah.

"Jika terjadi chaos dan ada korban, bisa menimbulkan instabilitas," ujar dia.

Munculnya korban akan menumbuhkan soliditas pada kubu pengunjuk rasa.

Tekanan kepada pemerintah pun diyakini akan semakin intens dan sangat berpotensi membuat politik di Indonesia menjadi tidak stabil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com