Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Penjual Bakso di Jakarta, Aditya: Saya Dicap sebagai Anak Gagal

Kompas.com - 04/03/2024, 08:35 WIB
Shinta Dwi Ayu,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aditya (20), pria asal Tegal, Jawa Tengah, memilih mengadu nasib di Jakarta usai ayahnya meninggal dunia.

Sang ayah meninggal saat usia Adit masih sangat muda. Saat itu, kedua orangtuanya memang juga sudah berpisah.

"(Saya) umur 18 tahun, bapak saya meninggal, orangtua juga bercerai," ucap Aditya ketika ditemui di lapak berjualannya yang ada di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Minggu (3/3/2024).

Baca juga: Bus Rombongan Peziarah Asal Tangsel Kecelakaan di Tol Cipali, 1 Orang Tewas

Setiba di Jakarta saat itu, Aditya bekerja sebagai penjaga warung ayam penyet selama 1,5 tahun.

Sampai akhirnya, ia ditawarkan oleh temannya untuk berdagang bakso keliling.

Dari hasil kerja kerasnya berdagang bakso, Aditya mendapatkan upah Rp 150.000 dalam sehari.

Namun, profesinya sebagai pedagang bakso dianggap kegagalan oleh saudara-saudaranya.

"Saya disebut sebagai 'anak gagal' sama saudara dan tetangga ibu saya," ucap Aditya sambil menahan tangis.

Baca juga: Merantau Itu bagai Anak Baru Masuk Sekolah, Harus Adaptasi untuk Naik Kelas

Aditya selalu dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Meski begitu, Aditya tidak merasa malu dengan profesinya tersebut.

"Enggak malu. Kenapa harus malu karena saya dagang?" kata dia.

Putus sekolah

Saat orangtuanya berpisah, Adit tinggal bersama sang ayah di Sukabumi. Sementara kedua adiknya tinggal bersama sang ibu.

Karena hal itu pula, Adit tidak dapat melanjutkan sekolahnya dan berhenti saat duduk di kelas 2 sekolah menengah atas (SMA).

Adit merasa kecewa atas perceraian kedua orangtuanya sampai ia harus putus sekolah.

Namun, ia berpesan kepada sang ibu agar kedua adiknya tidak bernasib sama sepertinya.

"Kecewa. Adik saya jangan sampai putus sekolah, jangan kayak saya!" sambung Adit.

Baca juga: Alasan Supriyadi Merantau ke Jakarta: Barang Bekas Pun Bisa Jadi Duit

Aditya juga bercerita, saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), dirinya bercita-cita sebagai seorang TNI.

Namun, Aditya harus mengubur mimpinya karena sang ibu tak merestui.

Ibunya melarang Aditya menjadi TNI lantaran risiko dari profesi tersebut sangat tinggi.

Pedagang bakso ini juga merasa ibunya lebih mementingkan kakak-kakaknya.

"Dulu, ibu saya lebih mementingkan abang dan kakak dibanding saya," tutur dia.

Karena hal itu pula, semenjak kepergian sang ayah di tahun 2018, Aditya memilih mengadu nasib di Jakarta.

Menjalani kehidupan di Jakarta memang tak semudah yang dibayangkan.

"Hidup di Jakarta susah, harus punya etika, dan sopan santun," kata dia.

Baca juga: Culture Shock Safira Merantau di Jakarta, Kaget Orang Serba Cepat dan Buru-buru di Kendaraan Umum

Saat ini, ia sedang mempersiapkan diri untuk mengadu nasib di Jepang.

"Saya niatnya mau bareng teman kerja ke Jepang, kerja bangunan. Tapi, sekarang saya lagi ikut paket C dulu," kata Aditya.

Ia hendak bekerja di Jepang untuk mengumpulkan modal agar bisa membuka usaha di Indonesia.

Aditya mengatakan, jika dirinya sudah sukses nanti, ia tetap akan memaafkan sang ibu.

"Saya udah maafin dari dulu, saya ngalah orangnya," tutur Aditya sambil menutup perbincangan dengan Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com