"Saya tuh kalau liat matahari lama-lama kayak drakula, enggak bisa, enggak kuat. Mana saya kurus," imbuh Thohir.
Menurut pernyataan Thohir, dokter juga tidak menemukan diagnosa dan cara penyembuhan yang efektif untuk jenis penyakitnya yang diidapnya saat itu.
Baca juga: Cerita Warteg Sukirno Digempur Tingginya Harga Beras, tapi Tetap Bermurah Hati ke Pelanggan
"Penyebabnya enggak ketahuan. Dulu pas ke dokter, katanya saya kena apa ya yang terserang saraf-saraf gitu apa namanya, saya juga lupa (nyentuh punggung bagian bawah)," kata Thohir.
Thohir pernah dirawat seminggu di RS Polri Kramatjati, tetapi ia tetap tidak mendapat kesembuhan meski sudah dibantu dengan banyak jenis obat.
Berbagai macam usaha pengobatan lainnya juga sudah dilakukan Thohir, dari pengobatan online di TV, bahkan naik gunung.
"Sudah ke dokter, dulu saya jalani pengobatan di Cilebut, pengobatan online di TV, sampai saya dulu pernah naik ke Gunung Sindur, ya buat kesembuhan semua, terus ikhtiar (usaha) saja," jelas Thohir.
Dikarenakan uang pesangon dari pekerjaan terakhirnya semakin berkurang dan dirinya juga butuh pemasukan, akhirnya ia memutuskan untuk menerima ajakan menjadi marbut.
"Saya pikir coba-coba sajalah sambil ikhtiar minta kesembuhan kepada Allah," ucap Thohir.
Nyatanya, keseharian marbut yang sibuk dari sebelum waktu subuh justru membuat pikiran, kondisi fisik, dan mental Thohir membaik.
"Pokoknya lama-lama saya lupa ke kondisi sakit karena sibuk mengurusi masjid. Karena kan bisa saja badan saya saat itu ya stres memikirkan penyakit tersebut, cuma kan jiwa itu ya tadi, harus terus banyak ikhtiar, harus banyak berdoa," ucapnya.
"Saya memang diajak jadi marbut tapi selain itu juga karena nawaitu (niat) saya juga, kebetulan marbot di sini enggak ada yang betah, tapi alasannya juga enggak gitu tahu," tambah Thohir.
Thohir terus merasa bersyukur karena menerima pekerjaan marbut sampai akhirnya ia sudah sembuh dari sakit yang menguras fisik dan dompetnya itu.
"Saat itu saya pikirnya saya juga sudah enggak ada kegiatan, apa salahnya mengabdi kepada rumah Allah, eh ternyata bisa keterusan sampai sekarang jadinya," tutur Thohir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.