“Permasalahan air bersih ini sudah terjadi lama sekali. Baru-baru ini saja ada pemasangan gratis (Instalasi pipa air bersih PAM Jaya), dari empat bulan lima bulan terakhir,” ungkap Ade.
Kondisi ini karena air tanah yang bersumber dari sumur yang digali di permukiman tersebut agak berwarna kuning dan terasa asin.
Maisaroh bercerita, endapan menyerupai karat dan lumpur juga kerap muncul ketika air disimpan di bak penampung di rumahnya.
“Air sumur kalau di sini kuning. Jadi cucian juga pada kuning. Bening mah bening sebenarnya, cuma ya kuning. Rasanya juga asin,” kata Maisaroh.
Sementara Nopita, mengaku kerap merasa malu ketika kedatang tamu dari luar Kamal Muara yang berkunjung ke rumahnya.
Baca juga: Warga Rusun Marunda: Sampai Saat Ini Kami Sudah Tak Pernah Lagi Krisis Air Bersih
Sebab, sebelum mendapatkan akses air bersih PAM Jaya, air di rumahnya terasa asin dan berwarna kekuningan. Selain itu, bak penampungan air dari tanah juga menjadi berkerak.
“Kalau buat wudhu, apalagi pas ada tamu ya malu juga. Dulu pas masih pake air sumur dalam hati ngedumel kepingin punya air PAM. Tapi Alhamdulillah kesampean,” ungkap Nopita.
Kini, air yang mengalir dari keran rumah-rumah tak lagi kuning dan menimbulkan endapan. Warga juga tak khawatir kekurangan air untuk dipakai memasak atau pun mandi dan mencuci.
Di samping itu, masyarakat bisa lebih berhemat karena berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air bersih.
“Jadi bisa berhemat sekitar 60 persen untuk keperluan air bersih. Tadinya beli air ada yang bisa sampai Rp 450.000 per bulan,” ucap Ade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.