Bagi Azura, fenomena ini tidak ada ruginya. Justru baik untuk membantu para penjaja takjil.
"Lebih banyak yang diuntungkan ketimbang yang dirugikan. So it's a good thing to keep up alias biarkan aku jajan. Roda ekonomi juga tambah berjalan," ujar dia.
Bagi muda-mudi muslim, fenomena ini juga menjadi warna tersendiri. Salah satunya Nure (23).
Ia berpendapat, fenomena ini diyakini terjadi pula pada bulan Ramadhan sebelumnya. Hanya saja, tidak terpotret di media sosial.
Pada bulan Ramadhan kali ini yang kebetulan bertepatan dengan momen politik, warganet dinilai sangat jeli melihat fenomena itu sehingga menjadi tren di media sosial.
"Ini baik juga selain untuk toleransi, sekarang semua jadi bersatu lagi gara-gara takjil setelah kemarin ada ajang pemilu. Jadi, yang kemarin kubu-kubuan bersatu lagi, jadi adem," ujar Nure.
Demikian halnya diungkapkan Rizky (29). Menurut dia, fenomena war takjil lintas agama itu berdampak baik untuk penjaja takjil.
"Pedagang takjil yang terdampak saya yakin enggak cuma di satu dua tempat saja," ujar dia.
Baca juga: Curhat Pedagang Takjil di Jalan Panjang, Penghasilan Pas-pasan karena Bahan Pokok Mahal
Mengutip data Kompas.id, momen Ramadhan selalu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
Pada Lebaran 2023, momentum Lebaran turut mengakselerasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2023 sebesar 5,17 persen secara tahunan.
Tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri tumbuh 5,44 persen secara tahunan.
Berkaca dari data historis di atas, periode Ramadhan 2024 yang akan berlangsung 30 hari terhitung 12 Maret-10 April 2024 diproyeksi akan turut mengatrol pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2024 hingga triwulan II-2024.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.