JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar orangtua pasti selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Begitu pula dengan Lupi (60), ayah dari empat orang anak yang berprofesi sebagai tukang ojek sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara (Jakut).
Lupi bercerita, sejak dulu selalu bekerja keras agar anak-anaknya bisa mengenyam bangku pendidikan.
Berkat jerih payahnya mendayung sampan sejak tahun 1972, Lupi pun berhasil membiayai keempat anaknya hingga lulus sekolah menengah atas (SMA).
Meski begitu, Lupi tetap merasa bersalah karena tak bisa membiayai keempat anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Baca juga: Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang
"Anak empat, udah lulus SMA tapi enggak bisa nerusin karena keterbatasan biaya. Namanya, kita orang susah kayak gini semampunya aja sampai SMA" ucapnya sambil bersedih ketika diwawancarai oleh Kompas.com di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jumat (18/4/2024).
Ditambah lagi pendapatan Lupi menarik sampan yang kini tidak menentu. Dia bahkan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Lupa mengatakan, terkadang bisa mendapatkan satu hingga dua kali tarikan dalam sehari. Namun, setelah itu bisa tidak mendapatkan penumpang lagi selama berhari-hari.
Satu kali perjalanan, Lupi menarifkan sekitar Rp 100.000 per sampan untuk wisatawan asing, sementara wisatawan lokal hanya Rp 70.000.
Satu sampan bisa diisi sekitar 3-5 orang sekali perjalanan. Harga yang sebenarnya relatif terjangkau untuk para wisatawan mencoba pengalaman berkeliling di perairan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan perahu tradisional.
Meski kini pendapatannya tak menentu, Lupi selalu bersyukur karena memiliki istri yang bisa diajak kerja sama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Istri saya juga jualan di pelabuhan ikan Muara Baru, dagang makanan, kopi, dan lainnya. Jadi, ya gantian aja kalau saya lagi enggak dapat duit," sambungnya.
Berkat hasil kerja kerasnya dengan sang istri, Lupi memiliki rumah di daerah Luar Batang persis di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Lupi bersykur, karena di kondisi perekonomiannya yang sedang tidak stabil, ia tetap memiliki rumah untuk berteduh dan tidak harus mengeluarkan biaya untuk kontrak rumah.
Baca juga: Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem
Kini keempat anak Lupi juga sudah bekerja dan sedikit banyak membantu perekonomian kedua orang tuanya.
"Ada yang kerja di Indomaret, ada yang ikut dagang ama emaknya di pelabuhan. Ya, Alhamdulillah sekarang bisa gantian," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.