"Dari terminal ke Kelapa Gading juga online. Biasanya mereka mau, enggak ada masalah. Cuma khawatir pas bawa penumpang ke dalam," ujar dia.
Hal serupa dirasakan oleh Ari (24), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang sering mudik ke Palembang.
Ia sering menggunakan taksi online setiap sang ayah tidak sempat mengantar Ari dan ibunya ke Terminal Kampung Rambutan.
"Selama ini, dari sini ke rumah, (naik) taksi online pada bilang enggak mau ke dalam karena enggak boleh. Katanya begitu," ungkap Ari di lokasi, Senin.
Baca juga: Terminal Kampung Rambutan Akui Kurang Sosialisasi soal Taksi Online Boleh Angkut Penumpang
Oleh karena itu, Ari dan ibunya sering berjalan kaki ke pintu gerbang kawasan terminal untuk memudahkan pengemudi yang dipesan.
Namun, ia juga suka menyarankan agar mereka berpura-pura akan menjemput keluarga.
"Kadang saya bilang masuk saja, bilang jemput keluarga. Enggak usah bilang jemput pelanggan. Kadang ada yang mau, ada yang enggak," kata Ari.
Berdasarkan cerita para pengemudi taksi online, mereka sering ditanya.
"Mau jemput ya? Online?" ucap Ari yang menirukan perkataan pengemudi taksi offline maupun ojek pangkalan.
Hal tersebut membuat mereka merasa terintimidasi, terutama yang canggung menghadapi situasi seperti itu.
"Makanya saya bilang, masuk saja ke terminal enggak usah takut. Bilang jemput keluarga, nanti saya samperin," Ari berujar.
"Kalau yang enggak mau, kebanyakan cancel karena takut. Menurut mereka intimidasinya kuat," imbuh dia.
Biasanya, Ari dan ibunya dijemput atau diturunkan di Pos Polisi Terminal Bus Kampung Rambutan. Lokasinya dekat Plaza LRT Kampung Rambutan.
Sebelumnya, beredar video di media sosial Tiktok dan Instagram berkait cekcok antara pengemudi taksi offline dengan pria penyandang tunadaksa di Terminal Kampung Rambutan.
Diceritakan, insiden terjadi saat penumpang memesan taksi online setelah tiba dari luar kota.