Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Harga Rumah Subsidi Rp 160 Juta-Rp 240 Juta Sulit Diwujudkan sebagai Hunian Layak

Kompas.com - 25/06/2024, 06:08 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Harga rumah subsidi senilai Rp 160 juta sampai Rp 240 juta disebut tidak mudah diwujudkan sebagai hunian layak dan mempunyai lokasi yang menarik bagi calon pembeli.

Padahal, pengamat Ekonomi dan Properti dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ariyanto Adhi Nugroho mengatakan, range harga rumah subsidi tersebut merupakan nominal yang telah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2024 ini.

“Harga tersebut tentunya tidak mudah untuk diwujudkan sebagai rumah yang layak dan mempunyai prospek lokasi yang menarik,” ujar Ariyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/6/2024).

Baca juga: Kualitas Bangunan dan Lokasi Jauh Jadi Penyebab Rumah Subsidi di Cikarang Kosong Terbengkalai

Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan pengembang untuk mencari lahan yang pantas dengan harga yang terjangkau agar bangunannya tetap layak.

“(Tetapi) beberapa masalah yang sering timbul antara lain terkait kualitas rumah yang kurang baik dan lokasi yang jauh dari kegiatan ekonomi. Saat ini isu yang masih berkembang di media terkait perumahan di Villa Kencana Cikarang yang mulai ditinggalkan pemilik,” ujar dia.

“Jika dilihat secara umum, dua isu yaitu kualitas bangunan dan lokasi menjadi masalah pada perumahan tersebut,” ucap Ariyanto lagi.

Menurut dia, hal yang paling penting dalam properti, terutama perumahan, adalah faktor lokasi, yakni dekat dengan perkotaan seperti tempat kerja dan aktivitas bisnis atau lokasi di pinggiran kota.

Baca juga: Sederet Masalah Rumah Subsidi Jokowi di Cikarang: Bangunan Tak Kokoh, Keramik Terangkat, hingga Air Kotor dan Berbau

Dua pilihan ini dinilai mempunyai konsekuensi masing-masing.

“Dekat dengan pusat bisnis tentunya cenderung mempunyai harga yang tinggi, sedangkan lokasi yang lebih jauh dari kota mempunyai harga yang cenderung rendah namun ongkos transportasinya meningkat,” ujar Ariyanto.

Sebelum membeli rumah, tidak sedikit orang mempunyai dua motif, yakni sebagai pemenuhan kebutuhan atau instrumen investasi.

“Faktor lokasi merupakan penentu harga rumah, di mana ketika perkembangan lokasi baik ekonomi, infrastruktur dan sosialnya tersebut baik dan cepat, tentunya memberikan pengaruh positif terhadap harga rumah,” ucap dia.

“Namun, tidak dipungkiri bahwa perkembangan harga rumah tidak selalu sama peningkatannya di semua wilayah,” tambah dia.

Baca juga: Sudah Bayar Rp 250.000 Per Bulan, Air Warga Perumahan Subsidi Jokowi di Cikarang Sering Kotor dan Berbau

Ariyanto menyebut masih banyak ditemukan pembeli rumah subsidi yang bertujuan untuk mendatangkan keuntungan besar.

“Kondisi ini tentunya menjadi tidak tepat sasaran di mana tujuan perumahan subsidi tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” pungkas Ariyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com